Tiba-Tiba

Entahlah tiba-tiba saja aku tertegun menatapnya, tak seperti biasanya aku begitu menikmati pandangan mata ini pada sosok teman sebayaku sendiri. Namun tak butuh waktu lama “Hi, Hooy” begitu hentak Ujeng, membuyarkan semua lamunanku. “Sial lho,!” aku menatap ketus padanya.. dengan pandangan terus mencari-cari.. dimana dia tadi? (aku bergumam dalam hati). Ujeng menatapku sambil terus nerocos mengumpat aku yang dilihatnya sedang gelisah mencari seseorang, “siapa sih?, iya elu cari siapa?” tanyanya, “oh, nggak, g ada kok”.

Seperti biasa suasana kelas begitu riuh, maklum anak-anak rempong menghuni kelas perkuliahan ni, yah kelas C namanya.. ini akan lama’ mungkin bagai mengurungku dalam frame kebosanan pikirku disela-sela lamunanku dalam bising suasana kelas. Namaku Fariz, anak sulung dari dua bersaudara, kini mulai menginjak semester 4 sebagai mahasiswa di perguruan tinggi negeri. Beginilah setiap hari kegiatanku yang membuatku bosan, datang duduk denger dan pulang.. gak pas banget!. “Huh dateng jg ni dosen” keluh ujeng di sampingku,. Dosen duduk dan muter-muterin kata, (maklum dosen tua) katanya dia Ahli Motode Penelitian, namanya Prof.Dr. As-Summary, M.Phil Ra. Dosen faforit temen sebelah kiri ku, yah Hanif siapa lagi, katanya bapak sumari pantesnya di tambak aja bukan di kelas. Kualitatif kuantitatif bla-bla-bla pak sumari ngalor ngidul menerangkan dengan berapi-api namun penuh ludah yang muncrat.. aku hanya memperhatikan sebagaimana biasa dengan menyilangkan kaki pertanda sedang bosan. Sekian lama beradu dengan rasa bosan, sejam kemudian Aku berpaling pada Arloji di tangan hanif kupastikan masih waktu pelajaran kurang 5 menit, bagus! Seruku pada hanif pertanda bersiap cabut.

5 menit kok lama? Aku mengumpat dalam hati. Dengan senyum dan kerlingan mata yang cool pak Sumari akhirnya caw dari ruang kelas. Dengan bergegas kami bertiga menyusul meninggalkan kelas, di muka pintu aku menunda langkahku dan berbalik memandang sesuatu, “Apa Lagi? Ayok cepet” tegur ujeng, “duluan aj kalian” sahutku, “halah bareng aja lah, kamu liat apa se ?” hanif menimpali. Ga’ ada kok ayok jalan,! pintaku. Kami bertiga melangkah menjauh dari sesuatu yang ku inginkan selama ini.
*
Pelupuk mata ini terus terbuka, enggan untuk terpejam. Kutatap layar PC “02.45 WIB” semalam ini ? pikirku, aku coba pejamkan kembali.. akh sial! Kenapa terus terjaga, apa yang mengganggu pikiranku? Apakah dia? Hemm kembali aku memejamkan mata. Sekejap terlelap Alarm berkicau tak karuan, mengusik tidurku yang kurang jenak, aku terbangun kumatikan dan kutatap layar HP “04.45” bergegas ku beranjak bangun melangkahkan kaki menghampiri tempat mandi.

Mataku kembali terbuka.. ‘’wah aku ketiduran” keluhku.. bergegas aku mencuci muka, bersiap berangkat kuliah. Dengan langkah cepat aku berjalan menyusuri lorong-lorong kelas, masih terus dalam lamunanku, hingga tanpa kusadari aku sudah tiba di daun pintu kelas, dengan rasa muak aku dorong dan.. telat lagi gua, mampus umpatku lirih. “maf pk telat, boleh saya masuk?” pintaku pada dosen,  sana duduk! Sahutnya dengan sinis. Aku pun segera duduk, namun ada satu hal yang mengganggu.. iya Dia menatapku, bergetarlah hati awak, namun dari pandangan bola mata indah itu ada konotasi lain.?

Terus berspekulasi yg berputar-putar dalam otakku, dengan rangkaian sifat filsafat nalarku menerka sesuatu yang ku rasa, observasi pun kumulai, A. Dia temanku secara umum dia juga seorang wanita yang terlihat baik, B. Apakah dia benar-benar baik untukku? C. Kurasa mungkin dia cukup baik!... otakku terus bekerja, berjalan seperti Tablet Octa Core 2,7 Ghz semakin lama panas, namun tanpa Lag. Kini aku menyimpulkan pertanyaan mendasar. Apakah ini CINTA? Bagaimana aku membuktikan kalau ini benar-benar cinta,? apa hakikat cinta? Apa kriteria orang yang jatuh cinta? Kalau benar ini cinta maka apa manfaat yang saya peroleh??... “Riz,!.. heh, fariz!” seru ujeng sambil mencubit lenganku, “apa sih? Jawabku disela-sela sakit lenganku karenanya.. “Nglamunin apa lah? Bagi-bagi dong,..” ujeng ngoceh kembali, ohhh, gini jeng.. aku sedang mengadu teori big bang dan ledakan Supernova! Kira-kira 1 juta letusan supernova apakah dapat menghasilkan galaksi baru? Atau semesta baru,? dan satu lagi aku sedang berfikir, setelah aku telaah.. secara sederhana teori emanasi Al-farabi cukup masuk rasional dengan mengatakan semesta adalah pancaran dari nur tuhan. Terakhir bagaimana pendapatmu kalau aku mengatakan ajal memang ditentukan namun kita dapat memprediksinya lewat, kromosom dan DNA yang dimiliki manusia?” nah udah gua bagi lamunan gua, gimana pendapat elu? Seru gua ketus (padahal bukan itu yang terfikirkan dalam otakku hehe ngeles).. ujeng hanya mengernyitkan dahi dan berkata “halah, absurd lo, mana gua tahu”, Nah.. itulah kesimpulan pemikiran gua jeng, yang saya ketahui ialah bahwa saya tidak tahu (meminjam terminologi socrates).. cetusku pada ujeng. Akhirnya ujeng terpaksa bungkam..

Kembali kutatap bangku terdepan seraya bergumam, “indahnya”.. yah kini label baru tersemat sebagai gelar baru buatku; Penggemar Misterius! Haha pantes kayaknya.
**
Kerling mata itu sayupkan tajamnya pandanganku pada dunia,
seindah permata setinggi nirwana dia melambungkan rasaku.. melayang membelai bintang-bintang.
kadang aku di sini, namun rasaku memeluk dalam dirinya pada mimpi-mimpiku,
yang ada tinggal aku tersadar, ini membawaku jauh tertarik-menjerat. Oh bila benar cinta maka tinggalkan aku bersama jawabmu..
Bersambung dilain Waktu... next more.
(ini cerita fiksi dalam menanggapi pertanyaan teman tentang seorang ‘Dia’ dalam puisi yang kutulis seperti: di bawah ini)
Di sela Rengkah Salip-terpasak!

Brapa jauh lekang menepi? Sepi mendesak dalam merambat,,,
Pasti, kan mati.. adakah sisi lain yg terlelap dalam hati?
Dimana mahligai berhijab cinta, hening bias akan warna, menyatu,,,,
Padu ntah kemana akan terbawa,
Kemana? Cinta hanya fatamorgana semu,,, yg memaksa merangkai ria,
Tanpa sua, tanpa rasa…..
Dimana dirimu?? Aku? Hanya aku terdiam sepi,, hanya aku!
Tak risau galat serat terbuai,. Tinggal sejenak dan lupakan ,,, tuk segalanya, tanpamu kemana hati laun pergi?
Tanpamu , dunia hanya hias hayalku!
Tanpamu , tiada arti , !
Tanpamu? Mati akan lbih berarti…
(farid alvareez, cinta tak lebih dari sebuah maat , Sukarame, 2013)
Sepi
Senyap tiada bara.. terkubur, lelap pada kesunyian.
Sepi merangkak-merenggut, mencekung punda..
sepi menjerit, sejadi-jadi..
Kini, diam tiada arti.
Hilang lantas mati.
(Al-Fariz, Sepi,sukarame)

Nan Ayu

Paras itu lekat membayang,
Mengisi berlahan hati yang tlah mati, aku.. jatuh kembali.
Aku terbata kelu tak terucap, hanya termangu memandangi keindahan..
Menyisihkan purnama, mengusik nirvana..indahmu.

Merona manis, mengoyak-menjerat jiwaku.
Lambungkan mimpi tentangnya,
Senyumanmu merantai menerka semua arti..
(El-Fariz, nan Ayu.)

PUPUS, gugur Tiada SISA
Awalnya ku rasakan amatlah biasa, dikala cinta-cinta palsu meliputiku.
Setelah sekian lama, aku tersadar kau yang kusayangi, dan kini berat aku mencintaimu,,
meski kau tak tahu..
malam ini maksud hati mengutarakan rasa, namun tiada rasa bagiku dihatimu, walau itu hanya kerinduan.
Hela nafas yang kumampu, membiaskan segala sesak yang mengoyak jiwa..
kali ini aku salah tentangmu.
Lantas kerinduan ini mengiba,
ingin mengorek segala tentangmu..
rahasiamu, cintamu..
“mengapa dulu kau katakan tiada cinta dihatimu? Padahal sejak itu aku mulai berani mencintaimu”
kini hatiku luyuh, mendengar kau memendam kerinduan padanya, dan kau “benar mencintainya”..
Aku hanya dapat meng hela, menahan kekecewaan.. seolah ia akan dalam membunuhku.
kembali menahan, kecewa-cinta- dan kasih sayang.
kau lanjutkan dongengmu tentangnya yang mengoyak jiwaku dalam..
kini, kutahu kau benar-benar mencintainya.
bahkan rasa rindu pun tiada bagiku.
Kembali aku terkalahkan,. Aku lemah disaat jiwaku benar-benar mengharapmu.. sambutmu..
sekian lama aku menahannya untuk malam ini.
Kelu lidah ini bahkan tak sanggup lagi mengumpat diri..
Namun,
aku tetap menyayangimu.
kini jauh menyayangimu, dan lebih dalam aku terjerambab padamu..
meski ku tahu aku tak mungkin memilikimu.
Cerita berlanjut,
kau katakan yg seharusnya kau diamkan!
menghibur hati yang bimbang ini.. utopis kau sadari?
sama halnya memberi pisau untuk menggorok leher sendiri.
Kembali aku menghela, menahan rasa, aku benar-benar terbunuh cintamu.
tiada harap lain, kecuali melihatmu bahagia.
dan mohon lupakan aku, jangan tambah penderitaanku.
Namun, jangan sekali-kali kau melarangku untuk berhenti menyayangimu. Walau aku ingin berhenti..
kau tahu betapa sulitnya menghilangkan rasa ini??
aku memang lelaki, namun jiwaku selemah qais yang mencintai Ainun.
Maafkan aku, maafkan aku.
kau tahu saat aku melihatmu? Dan pasti kan terus menatapmu..
hatiku hancur ingin melupakanmu, sayang terlalu dalam cinta ini.
Aku hanya mampu menatapmu, tanpa harus memilikimu.
namun itu saja cukup untukku.

kusadari ini takkan singkat berlalu,
menatapmu 3 tahun kemudian? Apakah aku mampu?
ingin aku pergi jauh, agar aku cukup melihatmu dalam mimpi dan anganku..

tuhan bahagiakan dia..

Sukarame, 22-12-14 by Miftah Farid Fakhruddin El-Fariz, cerita untukmu.


Komentar

Postingan Populer