MACAM_MACAM RELIABILITAS

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Dalam peroses pendidikan tidak akan lepas dari peroses evaluasi pendidikan, yang melingkupi seluruh scope yang mendukungnya mulai dari menejemen pendidikan, visi-misi, KMB dan tes baik formatif maupun sumatif. Dalam evaluasi hasil belajar dapat dijumpai pembahasan mengenai Validitas-Reliabilitas, dalam materi sebelumnya telah dijelaskan mengenai validitas, setelah mempelajari materi tentang validitas. Untuk pembahasan selanjutnya adalah reliabilitas.
Reliabilitas adalah derajat keandalan dari suatu tes, Kerlinger (1986)  dalam Zainal Arifin (Evaluasi Pembelajaran) mengemukakan, reliabiltas dapat diukur dari tiga kriteria, yaitu stability, dependability, dan predictability.” Stability menunjukan keajegan suatu tes dalam mengukur gejala yang sama pada waktu yang berbeda. Dependability menunjukkan kemantapan suatu tes atau seberapa jauh tes dapat diandalkan. Predictability menunjukkan kemampuan tes untuk meramalkan hasil pada pengukuran gejala selanjutnya.
Selanjutnya, dalam pembahasan reliabilitas akan diterangkan mengenai macam-macam jenis reliabilitas dan hal-hal yang mempengaruhi hasil belajar.
B.     Rumusan Masalah
Rumusan maslah yang dapat diambil “Apakah pengertian dari reliabilitas dan macam-macam reliabilitas sebagai alat mengukur tes hasil belajar?”.






BAB II
PEMBAHASAN

A.     PENGERTIAN RELIABILITAS
            Reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu instrumen. Reliablitas tes berkenaan dengan pertanyaan, apakah suatu tes teliti dan dapat dipercaya sesuai kriteria yang telah ditetapkan (keandalan). Suatu tes dapat dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama bila diteskan pada kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda. Kerlinger (1986) mengemukakan, reliabiltas dapat diukur dari tiga kriteria, yaitu stability, dependability, dan predictability.” Stability menunjukan keajegan suatu tes dalam mengukur gejala yang sama pada waktu yang berbeda. Dependability menunjukkan kemantapan suatu tes atau seberapa jauh tes dapat diandalkan. Predictability menunjukkan kemampuan tes untuk meramalkan hasil pada pengukuran gejala selanjutnya. Untuk meninggalkan reliabilitas suatu tes antara lain dapat dilakukan dengan memperbanyak butir soal. Selanjutnya, Gronloud (1985) mengemukakan ada empat faktor yang dapat mempengaruhi reliabilitas, yaitu “panjang tes, sebaran skor, tingkat kesukaran, dan objektivitas”.
            Konsep reliabiltas mendasari kesalahan pengukuran yang mungkin terjadi pada suatu proses pengukuran atau pada nilai tunggal tertentu, sehingga menimbulkan perubahan susunan kelompoknya (eror of measurement). Misalnya, guru mengetes peserta didik dengan instrumen tertentu dan mendapat nilai 70. Kemudian pada kesempatan yang berbeda dengan instrumen yang sama, guru melakukan tes kembali, ternyata peserta didik tersebut mendapat nilai 75. Artinya tes tersebut tidak reliabel, karena terjadi kesalahan pengukuran. Tes yang reliabel adalah apabila koefisien reliabiltasnya tinggi dan kesalahan baku pengukurannya (standard error of measurement) rendah.
1.      Arti Reliabilitas Bagi Sebuah Tes
Diterangkan dalam persyaratan tes, bahwa reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Maka pengertian reliabilitas tes, berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes. Atau seandainya hasilnya berubah-ubah perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti.sehubungan dengan masalah reliabiltias ini, scarvia B. Anderson dan kawan-kawan menyatakan bahwa persyaratan bagi tes, yaitu validitas dan realibilitas ini penting. Dalam hal ini validitas lebih penting, dan reliabilitas ini perlu, karena menyokong terbentuknya validitas. Sebuah tes mungkin reliabel tetapi tidak valid. Sebaliknya, sebuah tes yang valid biasanya reliabel.
Reliabel kadang diartikan Ajeg, namun untuk mendapat gambaran yang ajeg memang agak sulit karena unsur kejiwaan manusia itu sendiri tidak ajeg. Misalnya: kemampuan, kecakapan, sikap, dan sebagainya, berubah-ubah dari waktu ke waktu.
2.      Beberapa Hal Yang Mempengaruhi Tes
Beberapa hal yang sedikit banyak mempengaruhi hasil tes banyak sekali. Namun secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 3 hal:
a.       Hal yang berhubungan dengan tes itu sendiri, yaitu panjang tes dan kualitas butir-butir soalnya
Tes yang terdiri dari banyak butir, tentu saja lebih valid dibandingkan dengan tes yang hanya terdiri dari beberapa butir soal. Tinggi rendahnya validitas menunjukkan tinggi rendahnya leliabilitas tes. Dengan demikian semakin panjang tes, maka reliabilitasnya semakin tinggi. Dalam menghitung besarnya reliabilitas berhubungan dengan penambahan banyaknya butir soal dalam tes ini ada sebuah rumus yang diberikan oleh supesrman dan Brown sehingga terkenal dengan rumus Spearman-Brown
Rumusnya adalah:
rnn=      nr        
       1 + (n-1)r
 





Di mana:
rnn = besarnya koefisien reliabilitas sesudah tes tersebut ditambah butir soal baru
n = berapa kali butir-butir soal itu ditambah
r = besarnya koefisien reliabilitas sebelum butir-butir soalnya ditambah
Contoh:
suatu tes terdiri atas 40 butir soal, mempunyai koefisien reliabilitas 0,70. Kemudian butir-butir soal itu ditambahkan menjadi 60 butir soal. Maka koefisien reliabilitas baru adalah:
rnn=      nr         =         1,5 x 0,70        = 1,05= 0,79
       1 + (n-1)r       1 + (1,5 – 1) x 0,70    1,35

Dengan demikian maka penambahan sebanyak 20 butir soal dari 40 butir, memperbesar koefesien reliabilitas sebesar 0,09. Akan tetapi penambahan butir-butir soal tes adakalanya tidak berarti bahkan adakalanya merugikan. Hal ini disebabkan karena:
1)      Sampai pada suatu batas tertentu, penambahan banyaknya butir soal sudah tidak menambah tinggi reliabilitas.
2)      Penambahan tingginya reliabilitas tes tidak sebanding nilainya dengan waktu, biaya, dan tenaga yang dikeluarkan untuk itu. Misal guru sudah cukup membuat 100 soal bentuk objectif dan 10 soal esai sudah cukup mempiunyai validitas isi dan tingkah laku. Guru tersebut ingin menambah butir-butir soal sehingga menjadi 200 dan 20 dengan menambah soal-soal yang pararel. Tentu saja ini akan menambah waktu, biaya, dan tenaga saja tanpa ada keuntungan apa-apa.
Kualitas butir-butir soal ditentukan oleh:
a)      Jelas tidaknya rumusan soal.
b)      Baik-tidaknya pengarahan soal kepada jawaban sehingga tidak menimbulkan salah jawab.
c)      Petunjuknya jelas sehingga mudah dan cepat dikerjakan.
b.      Hal yang berhubungan dengan tercoba (testee)
Suatu tes yang dicobakan kepada kelompok yang terdiri dari banyak siswa akan mencerminkan keragaman hasil yang menggambarkan  besar-kecilnya reliabilitas tes. Tes yang dicobakan kepada bukan kelompok terpilih, akan menunjukkan reliabilitas yang lebih besar daripada yang dicobakan pada kelompok tertentu yang diambil secara terpilih.
c.       Hal yang berhubungan dengan penyelenggaraan tes
Sudahkan disebutkan bahwa faktor penyelenggaraan tes yang bersifat administratif, sangat menentukan hasil tes.
Contoh:
1)      Petunjuk yang diberikan sebelum tes dimulai, akan memberikan ketenangan kepada para tes-tes dalam mengerjakan tes, dan dalam penyelenggaraan tidak akan banyak terdapat pertanyaan. Ketenangan ini tentu saja berpengaruh terhadap hasil tes.
2)      Pengawas yang tertib akan mempengaruhi hasil yang diberikan oleh siswa terhadap tes. Bagi siswa-siswa tertentu adanya pengawasan yang terlalu ketat menyebabkan rasa jengkel dan tidak dapat dengan leluasa mengerjakan tes.
3)      Suasana lingkungan dan tempat tes (duduk tidak teratur, suasana di sekelilingnya ramai, dan sebagainya) akan mempengaruhi hasil tes.
Adanya hal-hal yang mempengaruhi hasil tes ini semua, secara langsung akan mempengaruhi reliabilitas soal tes.

B.     MACAM-MACAM RELIABILITAS
Dalam menentukan reliabilitas tes hasil belajar, ada 2 (dua) jenis cara menentukan reliabilitas, yaitu:
1.      TEKNIK MENENTUKAN RELIABILITAS TES HASIL BELAJAR BENTUK URAIAN
Dalam rangka menentukan apakah tes hasil belajar bentuk uraian yang disusun telah memiliki daya keajegan mengukur atau reliabilitas  yang tinggi atau belum, pada umumnya orang menggunakan sebuah rumus yang dikenaldengan nama Rumus Alpha. Adapun rumus alpha dimaksud adalah:
r11 =( )(1- )
di mana:
r11           = Koefisien reliabilitas tes.
n          = Banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes.
1          = Bilangan konstan.
∑Si2     = Jumlah varian skor dari tiap-tiap butir item.
St2        = Varian total.
Selanjutnya dalam pemberian interpretasi terhadap koefisien reliabilitas tes (r11) pada umumnya digunakan  patokan sebagai berikut:
a.       Apabila r11sama dengan atau lebih besar daripada 0,70 berarti tes hasil belajar yang sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan telah memiliki eliabilitas yang tinggi (= reliable).
b.      Apabila r11lebih kecil daripada 0,70 berarti bahwa tes hasil belajar yang sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan belum memiliki reliabilitas yang tinggi (un-reliable).

2.      TEKNIK PENGUJIAN RELIABILITAS TES HASIL BELAJAR BENTUK OBYEKTIF
Berbeda dengan tes hasil belajar bentuk uraian, maka pada tes hasil belajar bentuk obyektif penentuan reliabilitas tes dapat dilakukan dengan menggunakan tiga macam pendekatan. Ketiga pendekatan tersebut adalah: (1) Pendekatan Single Test-Single Trial (Single Test-Single Method), (2) Pendekatan Test-Retest (Single Test-Double Trial Method), dan (3) Pendekatan Alternate Form (Double Test-Double Trial Method).
Sedangkan Menurut perhitungan product-moment dari Pearson, ada tiga macam reliabiltas, yaitu koefisien stabilitas, koefisien ekuivalen, dan koefisien konsistensi internal.
a.       Koefisien Stabilitas (Test-Retest)
Koefisien stabilitas (coefficient of stability) adalah jenis reliabilitas yang menggunakan teknik test dan retest(metode tes ulang),yaitu memberikan tes kepada sekelompok individu, kemudian diadakan pengulangan tes pada kelompok yang sama dengan waktu yang berbeda. Cara memperoleh koefisien stabilitas adalah dengan mengorelasikan hasil tes pertama dengan hasil tes kedua dari kelompok yang sama, tes yang sama, pada waktu yang berbeda. Jika antara waktu tes pertama dengan tes kedua cukup lama, kemudian latihan-latihan tambahan, maka bisa jadi nilai tes kedua akan lebih besar daripada tes pertama. Sebaliknya jika antara waktu tes pertama dan tes kedua relatif pendek, maka nilai tes kedua bisa jadi sama atau lebih besar daripada tes pertama karena soal dan jawaban masih dapat diingat.
Untuk mencari korelasi antara skor-skor hasil tes pertama dengan skor-skor hasil tes kedua, dapat dipergunakan teknik korelasi rank-order (teknik korelasi tata jenjang) dari spearman, dengan menggunakan rumus:
p = 1-
di mana:
p (baca: Rho) = Koefisien korelasi antara variabel I (skor-skor hasil tes I) dengan variabel II ( skor-skor hasil tes II).
D                   = Difference (beda antara rank variabel I dengan rank variabel II), atau: D = RI-RII
6 dan 1           = Bilangan konstan.
N                   = Banyaknya subyek (testee)
b.      Koefisien Ekuivalen (Alternate Method)
Koefisien ekuivalen (coeffisient of equivalence) adalah  jika mengorelasikan dua buah tes yang pararel pada kelompok dan waktu yang sama. Metode yang digunakan untuk memperoleh koefisien ekuivalen adalah metode dengan menggunakan dua buah bentuk tes yang pararel (equivalen) atau equivalence forms method atau disebut juga parallel Alternate-form method. Syarat-syarat yang harus dipenuhi dikedua tes pararel adalah kriteria yang digunakan kedua tes sama, masing-masing tes dikonstruksikan tersendiri, jumlah item isi, dan corak sama, tingkat kesukaran sama, petunjuk waktu yang disediakan untuk mengerjakan tes, dan contoh-contoh juga sama. Kemungkinan kesalahan pada teknik ini bersumber dari derajat keseimbangan antara kedua tes tersebut, serta kondisi tempat yang mungkin berbeda pada kelompok tes pertama dengan kelompok tes kedua, meskipun dilakukan pada waktu yang sama.
Kelebihan metode ini adalah, bahwa metode ini:
1)      Karena butir-butir item dibuat sejenis tetapi tidak sama, maka tes hasil belajar (yang akan diuji reliabilitasnya itu) dapat terhindar dari kemungkinan timbulnya pengaruh yang datang dari testee, yaitu pengaruh berupa latihan atau menghafal.
2)      Karena kedua tes itu dilaksanakan secara bebarengan (pararel), maka dapat dihindarkan timbulnya perbedaan-perbedaan situasi dan kondisi yang diperkirakan akan dapat mempengaruhi penyelenggaraan tes, baik yang bersifat sosial maupun yang bersifat alami.
Dalam pelaksanaan pengujian reliabilitas tes dengan menggunakan pendekatan Alternate Form atau bentuk pararel ini, skor-skor yang diperoleh dari kedua seri tes tadi dicari korelasinya. Apabila terdapat korelasi positif yang signifikan maka dapat dikatakan tes hasil belajar tersebut dikatakan Reliabel. Teknik korelasi yang dipergunakan bisa dipilih antar teknik korelasi product-moment dari pearson atau teknik korelasi rank order dari spearman (khusus untuk N kurang dari 30).
c.       Koefisien Konsistensi Internal
Koefisien konsistensi internal (coefficient of internal consistency) adalah reliabilitas yang didapat dengan jalan mengorelasikan dua buah tes dari kelompok yang sama, tetapi diambil butir-butir yang bernomor genap untuk tes yang pertama dan butir-butir bernomor ganjul untuk tes yang kedua. Teknik ini sering juga disebut split-half method. Split berarti membelah dan half berarti setengah atau separuh. Jadi Split-Halfadalah tes yang dibagi menjadi 2 bagian yang sama, kemudian mengorelasikan butir soal yang bernomor ganjil dalam belahan pertama (X) dan yang bernomor genap dalam belahan kedua (Y).  Untuk membagi tes menjadi dua bagian dapat juga dilakukan dengan cara mengambil nomor soal secara acak, tetapi jumlahnya tetap harus sama untuk masing-masing kelompok. Di samping itu, pembagian tes dapat juga dilakukan dengan cara setengah bagian pertama untuk kelompok pertama dan setengah lagi untuk kelompok kedua.

Untuk menghitung koefisien stabilitas, koefisien ekuivalen, dan koefisien konsistensi internal dapat digunakan analisis korelasi seperti pada pengujian validitas. Khusus bagi perhitungan koefisien konsistensi internal, korelasi tersebut baru sebagian dari keseluruhan tes. Dapat digunakan lima formula antara lain: (1) Formula Spearman-Brown (Korelasi Item Gasal-Genap dan Korelasi Belahan Kanan-Kiri), (2) Formula Flanagan (Varian Deviasi Belahan I dengan Belahan II), (3) Formula Rulon (Varian Beda Skor Belahan I dengan Belahan II), (4) Formula Kuder Richardson (Analisis langsung terhadap butir-butir item tes yang bersangkutan), dan (5) Formula C. Hyot (Interaksi antara subyek dengan item) untuk lebih mudahnya lihat pada lampiran.Untuk memperoleh angka koefisien korelasi secara menyeluruh dari tes tersebut harus dihitung dari nomor-nomor kedua tes itu, seperti dengan rumus Spearman-Brown:
rnn=
Keterangan : n = panjang tes yang selalu sama dengan 2 kerena seluruh tes 2 x ½
Contoh :
10 orang peserta didik dites dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Jumlah soal masing-masing lima buah. Dua buah nomor genap diambil dari hasil tes IPA dan tiga buah nomor ganjil diambil dari tes IPS. Data yang diperoleh sebagai berikut:

Nilai 10 orang Peserta didik
Dalam mata pelajaran IPA dan IPS

nama
Skor IPA
No.Genap (2 dan 4)
Skor IPA
No.Ganjil (1,3,5)
A
8
6
8
7
10
B
7
7
6
7
5
C
5
6
6
6
6
D
8
6
7
6
9
E
5
6
5
5
5
F
4
7
4
6
6
G
5
9
7
5
5
H
7
5
8
5
4
I
7
8
4
9
7
J
9
5
9
9
4

Perhitungan Korelasi Konsistensi Internal
X
Y
x
y
x2
y2
xy
14
25
+1
+6
1
36
6
14
8
+1
-1
1
1
-1
11
18
-2
-1
4
1
2
14
22
+1
+3
1
9
3
11
15
-2
-4
4
16
8
11
16
-2
-3
4
9
6
14
17
+1
-2
1
4
-2
12
17
-1
-2
1
4
2
15
20
+2
+1
4
1
2
14
22
+1
+3
1
9
3
130
190


22
90
29
X=13
X=19


rxy  =  =  =  = 0,65

untuk menghitung seluruh tes itu, dapat digunakan rumus spearman-Brown sebagai berikut :
rnn= = =  = 0, 787.






BAB I
KESIMPULAN

Reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu instrumen. Arti relibilitas bagi sebuah tes adalah sebagai syarat dipercayanya sebuah tes, karena sebuah tes dapat dikatakan baik bila tes tersebut valid dan reliable.
Hal-hal yang mempengaruhi hasil tes secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu:
1.      Hal yang berhubungan dnegan tes itu sendiri, yaitu panjang tes dan kualitas butir-butir soalnya.
2.      Hal yang berhubungan dengan testee atau orang yang di tes.
3.      Hal yang berhubungan dengan penyelenggaraan tes.
Adapun macam-macam cara menentukan reliabilitas secara garis besar terbagi dalam 2 bagian:
1.      Teknik pengujian reliabilitas tes hasil belajar bentuk uraian
2.      Teknik pengujian reliabilitas tes hasil belajar bentuk objektif, dalam hal ini terbagi dalam 3 macam:
a.       Single test-Double Trial (Metode Ulangan)
b.      Single Test-Single Trial (Metode Belah Dua [Split Half])
c.       Double Test-Double Trial (Alternate Form atau metode Parallel)

Demikianlah ringkasan dari pembahasan mengenai reliabilitas dalam makalah ini, semoga seluruh isi makalah ini bermanfaat bagi pembaca secara umum dan bagi penyusun secara pribadi. Penyusun menyadari adanya kekurangan dalam makalah ini, untuk itu kami mehon kritik dan saran yang membangun guna perbaikan di waktu selanjutnya. Terimakasih.,

Komentar

Postingan Populer