resume buku: MEDIA PEMBELAJARAN PAI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam pendidikan kontemporer terutama
pendidikan nasional berbasis karakter 2013 sangat menekankan penggunaan
teknologi sebagai suatu bentuk pembelajaran baru, jadi pelajar maupun pengajar
diharapkan menguasai sedikit banyak teknologi. Pada mata kuliah media
pembelajaran ini dijelaskan mengenai apa itu media, apa saja macam media, cara
membuat media, pemanfaatan media, dan lain sebagainya. Khusus pada makalah ini
akan dijelaskan salah satu bagian tentang media pembelajaran yaitu pengembangan
media pembelajaran (Bab ke-5 dari buku Wina Sanjaya) yang berisi tahap
perencanaan, penulisan naskah, dan produksi media.
Paradigma pendidikan saat ini menganggap
pembelajaran bukan hanya dipandang sebagai proses menanamkan atau menyampaikan
ilmu pengetahuan dan keterampilan, yang bercirikan pada aktifitas guru secara
penuh namun mengajar harus dipandang sebagai proses kerja sama antara guru dan
siswa dalam memanfaatkan segala fasilitas dan sumberdaya yang ada agar siswa
dapat belajar mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Karenanya, dalam konteks
sekarang pemanfaatan informasi dan teknologi sangatlah penting, maka perlu
dijelaskan bagaimana teknologi dan informasi dalam satu materi tersendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pengembangan media, bagaimana cara pengembangan media?
2. Bagaimana penyusunan naskah media?
3. Istilah-istilah terkait penuliasn naskah?
C. Tujuan
Diharapkan mahasiswa mengetahui maksud
pengembangan media, dan tahapan dalam produksi media, sehingga mampu untuk
menerapkannya.
BAB II
PEMBAHASAN
RESUME: PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN
Dalam konteks pendidikan saat ini
(kontemporer) dimana kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya
teknologi informasi dan komunikasi ditambah dengan berkembangnya teori-teori
baru dalam psikologi belajar menuntut perlunya perubahan paradigma tentang
mengajar. Mengajar bukan hanya dipandang sebagai proses menanamkan atau
menyampaikan ilmu pengetahuan dan keterampilan, yang bercirikan pada aktifitas
guru secara penuh namun mengajar harus dipandang sebagai proses kerja sama
antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala fasilitas dan sumberdaya yang
ada agar siswa dapat belajar mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Proses
belajar inti dari pembelajaran.
Melalui proses pembelajaran ini siswa tidak hanya dituntut untuk menerima hasil
belajar, akan tetapi siswa dituntut untuk mencari dan menemukan sendiri materi
pelajaran. Untuk itulah guru dituntut untuk menyediakan dan mengembangkan
berbagai media dan sumber belajar yang dapat dipelajari sendiri oleh siswa.
Ada beberapa tahapan pengembangan media yaitu
tahapan perencanaan, tahapan pengembangan naskah, tahap produksi media, seperti
yang diuraikan dibawah ini.
A. Tahap Perencanaan
Ely
(1979) mengatakan bahwa perencanaan itu pada dasarnya adalah suatu proses dan
cara berfikir yang dapat membantu menciptakan hasil yang diharapkan. Suatu
perencanaan diawali dengan adanya target atau Ely mengistilahkan dengan kata
“hasil” yang harus dicapai, selanjutnya berdasarkan penetapan target tersebut
dipikirkan bagaimana cara mencapainya.
Perencanaan
pada dasarnya adalah menetapkan tujuan yang harus dicapai serta menentukan
kegiatan cara yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam
perencanaan pengembangan media khususnya media audio dan audio-visual ada
beberapa kegiatan yang harus dilakukan yaitu:
1. Identifikasi Kebutuhan
Menurut
John McNeil (1985) need assessment itu adalah proses menentukan prioritas
kebutuhan pendidikan. Sedangkan Glasgow (1990) menjelaskan bahwa assessment atau kebutuhan itu pada
dasarnya adalah kesenjangan (discrepancies) antara apa yang telah tersedia dengan apa yang diharapkan, dan need
assessment adalah proses mengumpulkan informasi tentang kesenjangan dan
menemukan prioritas dari kesenjangan untuk dipecahkan.
Dengan
demikian maka need assessment itu adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi
tentang kesenjangan yang seharusnya dimiliki setiap siswa dengan apa yang telah
dimilki.
Media
direncanakan dan dirancang berdasarkan kebutuhan (need) yang dirasakan oleh audiens atau siswa. Dengan
demikian, merancang suatu media tidak berangkat dari keinginan pengembang media
itu sendiri, akan tetapi berangkat dari kesenjangan antara apa yang diharapkan
dimiliki siswa dengan apa yang telah dimiliki.
a. Identifikasi Karakteristik Siswa
Perlunya mengidentifikasi karakteristik siswa
berangkat dari asumsi bahwa siswa merupakan organisme yang unik yang memilki
perbedaan. Atas dasar perbedaan tersebut maka, pengembang media pendidikan
perlu menyesuaikannya baik dengan gaya bahasa, teknik penyajian, teknik
memberikan ilustrasi dan lain sebagainya.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
identifikasi karakteristik siswa.
1) Tingkat perkembangan psikologi siswa. Tingkat perkembangan psikologi siswa
berhubungan dengan usia audiens (siswa) sebagai sasaran.
2) Kemampuan dasar siswa. Kemampuan dasar yang dimiliki siswa dapat dijadikan
pertimbangan dalam menentukan “harus dari mana kita berangkat.” Disamping itu
kemampuan dasar dapat dijadikan pedoman dalam menentukan entry behavior.
3) Gaya belajar siswa. Gaya belajar yang dimiliki siswa dapat menentukan
“bagaimana cara menuangkan ide/gagasan” dalam pengembang media pembelajaran. Menurut
deporter et. al (1998) gaya belajar siswa terdiri atas gaya belajar kinestetik,
audio, dan visual.
4) Kebiasaan siswa. Kebiasaan siswa perlu diidentifikasi khususnya apabila
kita mengembangkan media pembelajaran masal. Kebiasan siswa yang harus
diidentifikasi meliputi kebiasaan dalam penggunaan waktu, kebiasaan penggunaan
media termasuk teknik penyajian yang paling digemari.
b. Perumusan Tujuan
Perumusan tujuan pembelajran merupakan arah
yang harus dicapai oleh siswa. Sebagai petunjuk, perumusan tujuan harus
memiliki ketentuan sebagai berikut:
1) Berorientasi pada siswa (learner orieted): artinya rumusan tujuan pembelajran
harus selalu berpatokan pada perilaku siswa, dan bukan perilaku guru. Oleh
sebab itu rumusan tujuan pembelajaran harus dimulai dengan kata:
Diharapkan siswa (peserta didik) dapat...
2) Operasional: artinya tujuan harus dirumuskan secara spesifik dan
operasional sehingga mudah mengukur tingkat keberhasilan.
Tugas pengembang media adalah menjabarkan tujuan yang
masih bersifat umum yang dapat kita ambil dari kompetensi dasar (standard isi
dalam kurikulum 2006) yang dulu kita kenal dengan Tujuan Pembelajaran Khusus
(TPK) dan sekarang kita kenal dengan indikator hasil belajar. Untuk lebih
jelas, dapat kita lihat cara menjabarkan perilaku yang umum ke dalam perilaku
yang operasional dan objektif.
|
|||||
|
|
||||
|
c. Pengembangan Materi
Dalam pengembangan media pembelajaran
penetapan materi atau bahan ajar merupakan inti atau muatan dalam media itu
sendiri. Materi pembelajaran dapat dibedakan menjadi:
1)
Pengetahuan (knowledge) adalah informasi yang
disimpan dalam pikiran (mind) siswa, dengan demikian pengetahuan berhubungan
dengan berbagai informasi yang harus dihafal dan dikuasai oleh siswa, sehingga
manakala diperlukan siswa dapat mengungkapkan kembali.
2)
Keterampilan (skill) adalah tindakan-tindakan (fisik
dan non fisik) yang dilakukan seseorang dengan cara kompeten untuk mencapai
tujuan tertentu.
3)
Sikap (attitude) adalah kecenderungan
seseorang untuk bertindak sesuai dengan nilai dan norma yang diyakini
kebenarannya oleh siswa.
Materi berkaitan dengan substansi isi
pelajaran yang harus diberikan. Kreteria penyusunan materi diantaranya:
1)
Sahih atau valid. Artinya materi yang
dikembangkjan benar-benar telah teruji kebenarannya dan kesahihannya. Materi
yang disajikan harus teruji secara ilmiah, berangkat dari teori tertentu yang
ditujukkan sumber yang digunakan;
2)
Tingkat kebermaknaan (significant); artinya
materi pelajaran bermakna untuk siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
dikembangkan. Dengan demikian relevansi antara tujuan dengan materi harus
teruji;
3)
Kebermanfaatan (utility): artinya,
kebermanfaatan materi yang disajikan secara akademis, yakni bermanfaat dalam
kehidupan sehari-hari;
4)
Kesesuain dengan siswa (learnarbility) Artinya
materi yang disajikan harus dimungkinkan dapat dipelajari oleh siswa dengan
demikian materi pelajaran harus sesuai dengan tingkat perkembangan siswa;
5)
Menarik minat (interest). Artinya penyajian
materi pelajaran harus dapat memotivasi siswa mempelajarinya lebih lanjut.
Agar materi pembelajaran memenuhi kreteria di
atas, maka pengembangan media pembelajaran perlu melaksanakan survei teratur
agar materi itu terjamin.
d. Pengembangan Alat Ukur
Ada dua alasan penting perlunya marumuskan
alat ukur: Pertama, untuk menentukan benar atau tidaknya tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan. Kedua, untuk menetapkan kreteria
keberhasilan siswa mencapai tujuan atau menguasai materi pelajaran.
Coba perhatikan contoh perumusan tujuan
beserta alat ukurnya di bawah ini.
Rumusan Tujuan
|
Alat Ukur
|
1.
Selesai penayangan media, diharapkan siswa
dapat menjelaskan fungsi jantung pada manusia
|
1.
Coba anda jelaskan fungsi jantung dalam
tubuh manusia?
|
2.
Selesai penayangan media, diharapkan siswa
dapat mendemonstrasikan sikap yang baik kepada orang tua sebelum pergi keluar
rumah.
|
2.
Coba peragakan bagaimana sebaiknya kita
bersikap pada orang tua manakala kita akan keluar rumah!
|
3.
Selesai penayangan media, diharapkan siswa
dapat menyebutkan dua jenis pernapasan pada makhlik hidup.
|
3.
Sebutkan dua jenis pernapasan pada makhluk
hidup.
|
Alat ukur diatas merupakan alat ukur yang
baik, karena merupakan rumusan tujuan pembelajaran yang terstruktur dan
operasional. Inilah fungsi alat ukur untuk mengecek tujuan pembelajaran yang
dirumuskan sekaligus kreteria keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran.
B. Penulisan Naskah Media
Naskah,
dalam perencanaan program media secara umum dapat diartikan sebagai pedoman
tertulis yang berisikan informasi tentang bentuk visual yang akan ditampilkan,
grafis atau tampilan kalimat untuk mempertegas visual dan audio atau suara yang
diperlukan sebagai bahan acuan dalam pembuatan media tertentu. Naskah perlu
dibuat, karena melalui naskah inilah tujuan dan materi dituangkan dengan
kemasan sesuai dengan jenis media, sehingga media yang dibuat benar-benar akan
memiliki kesesuaian dengan tujuan. Naskah berfungsi sebagai pedoman bagi
pengguna dan terutama pembuatan dan pengembangan media.
Ada
beberapa tahapan penulisan naskah, beritut ini setiap tahapan dijelaskan secara
singkat.
1.
Memunculkan dan memperkaya ide atau gagasan.
Pembuatan naskah media diawali dengan adanya ide atau
gagasan melalui proses berpikir kreatif. Gagasan atau ide biasanya akan muncul
manakala seseorang peka terhadap lingkungan dan pekerjaan sehari-hari.
2.
Membuat sinopsis dan treatment
Sinopsis secara singkat dapat diartikan sebagai
ringkasan program atau ringkasan cerita yang terdapat pada naskah. Sinopsis ini
diperlukan untuk memberikan gambaran secara ringkas dan padat tentang isi yang terkandung
dalam media. Tujuan utamanya adalah mempermudah menangkap konsep yang
terkandung dalamnya, mempertimbangkan kesesuaian gagasan dengan tujuan yang
ingin dicapai dan menentukan persetujuan antara pembuat gagasan dan pengembang
media.
Treatment merupakan pengembangan dari sinopsis. Dalam
sebuah treatment digambarkan alur cerita atau plot program dari awal hingga
akhir. Treatment mencoba memberikan uraian singkat secara deskriptif
bagaimana suatu episode cerita atau rangkaian peristiwa pembelajaran
(instructional event) yang digarap.
3.
Menulis naskah (script writing)
Naskah ditulis sebagai pedoman atau penuntun
dalam memproduksi media. Artinya berdasarkan naskah itulah kita mengambil
gambar dan merekam suara kemudian menyusunnya dalam suatu urutan sehingga
menjadi utuh.
Ada dua bentuk teknik penulisan naskah yakni
bentuk single coloum dan double coloum.
a.
Single coloum, penulisan naskah (baik nama pelaku beserta
jenis suara yang direkam maupun narasi atau dialog yang harus dibaca oleh
pelaku) ditulis dalam satu kolom;
b.
Double coloum, lembaran kolom dibagi menjadi dua bagian,
yakni kolom sebelah kiri berisi tentang nama pelaku dan suara, dan kolom
sebelah kanan berisi rentang narasi yang harus dibaca.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
menulis naskah, khususnya audio diantaranya:
a.
Gunakan bahasa yang komunikatif
Yaitu bahasa yang mudah dicerna dan dipahami,
oleh karena itu sebaiknya menggunakan kalimat tunggal yang pendek bukan kalimat
majemuk yang panjang dengan kata lain gunakan bahasa komunikatif.
b.
Gunakan berbagai sound effect yang relevan.
Karena Media audio mengandalkan pendengaran,
sebaiknya gagasan atau ide yang hendak disampaikan harus dapat ditangkap dengan
mudah hanya dengan pendengaran. Untuk itulah perlu dicantumkan jenis sound
effect (FX) untuk mendukung suasana yang hendak digambarkan.
c.
Kenali beberapa jenis musik dan istilah lainnya, seperti beberapa jenis beberapa musik yang
sering digunakan dalam program audio audio-visual diantaranya:
1)
Musik tema, yaitu musik yang digunakan sebagai
pengenal suara program.
2)
Musik transisi adalah musik yang digunakan
untuk menjembatani dua adegan yang berbeda.
3)
Musik latar adalah musik yang mengiringi suatu
dialog, atau pembacaan suatu teks, dengan maksud pendengar dapat lebih
menghayati teks yang dibacakan.
Selain
beberapa istilah diatas, ada beberapa istilah yang harus dipahami untuk penulis
naskah audio diantaranya:
ANN
(announcer)
|
Pembawa acara yang bertugas mengantarkan
program yang akan disajikan.
|
NAR (narrator)
|
Orang yang membacakan materi atau isi
pelajaran yang dikembangkan melalui media
|
MUSIK
|
Mengharuskan bahwa dibaris itu harus
dimasukkan musik.
|
FI (fade in)
|
Artinya pemeran dalam program audio
membacakan naskah dimulai dari menjauh dan perlahan-lahan mendekati mikrofon.
Hak ini untuk menggambarkan kesan seakan-akan ada orang yang mendekat.
|
FO (fade out)
|
Atau kebalikan dari fade in. Artinya
menyarankan pada sutradara agar adegan seolah-olah menjauh, dengan mula-mula
dekat mikrofon kemudian perlahan-lahan menjauhi mikrofon.
|
OM (off make)
|
Seolah-olah terjadi dialaog dari kejauhan
dengan cara pemeran menjauhkan mikrofon.
|
CF (cross fade)
|
Terjadi pergantian suara antara dua musik
yang berbeda. Fungsinya sama dengan musik transisi.
|
IN-UP-DOWN-OUT
|
Artinya musik masuk secara perlahan,
kemudian diperkuat, melemah dan akhirnya menghilang.
|
IN-UP-DOWN-UNDER
|
Musik perlahan masuk, diperkuat, melemah,
dan ditahan untuk mejadi musik latar.
|
Untuk penulisan naskah audio-visual gerak (film, video dan CD), maka pada
kolom sebelah kiri (video) dideskripsikan adegan-adegan atau gambar yang harus
dimunculkan. Pada kolom kanan (audio) dicantumkan kata-kata dialog, jenis musik
dan lain sebagainya. Para penulis naskah perlu memahami istilah-istilah pengambilan gambar dan pergerakan kamera,
diantaranya:
LS (long-shot)
|
Artinya pengambilan gambar secara keseluruhan.
|
XLS (ekstrem long-shot)
|
Pengambilan gambar yang lebih luas dari LS dalam segala dimensi dan
perbandingannya.
|
MS (medium shot)
|
Pengambilan gambar yang memperlihatkan bagian penting dari suatu objek
dengan mengesampingkan latar objek tersebut,
|
CU (Close-up)
|
Pengambilan gambar dengan memfokuskan pada bagian tertentu pada suatu
objek.
|
FI (Fade-in)
|
Pengembalian gambar secara perlahan-lahan.
|
FO (Fade-out)
|
Pengeluaran gambar secara perlahan.
|
SI (superimpose)
|
Memunculkan kalimat (caption) di atas gambar yang sudah muncul.
|
Pan-right
|
Menggerakkan kamera ke kanan.
|
Pan-left
|
Menggerakkan kamera ke kiri.
|
Tilt-up
|
Menggerakkan kamera ke atas.
|
Tilt-down
|
Menggerakkan kamera ke bawah.
|
Zoom-in
|
Mengatur pengambilan gamabar CU.
|
Zoom-out
|
Mengatur pengambilan gambar LS.
|
Dolly-In (Track-in)
|
Mendorong kamera kearah objek yang akan diambil.
|
Dolly-out (track-out)
|
Menarik kamera menjauhi objek yang diambil.
|
Camera follow
|
Kamera mengikuti gerakan objek.
|
Istilah-istilah tersebut adalah sitlah dasar yang harus dikuasi baik oleh
sutradara maupun oleh penulis naskah.
4.
Evaluasi dan Revisi Naskah
Selesai
menulis naskah, masih ada satu tahapan lagi sebelum naskah diproduksi, yaitu
tahap evaluasi dan revisi naskah. Evaluasi naskah perlu dilakukan terhadap dua
aspek yaitu:
a.
Evaluasi tentang subtansi naskah, yakni evaluasi terhadap isi pelajaran yang
terkandung dalam naskah yang akan kita produksi. Beberapa hal penting dalam
evaluasi diantaranya:
1)
Apakah secara ilmiah materi yang terkandung
dalam naskah dapat dipertanggungjawabkan ?
2)
Apakah materi dalam naskah itu dapat
dipelajari secara mudah oleh siswa?
3)
Apakah materi pelajaran dalam naskah sesuai
dengan kurikulum yang diacu?
4)
Apakah materi dalam naskah sesuai dan dapat
digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran?
5)
Apakah dalam naskah tidak mengandung
istilah-istilah yang rancu/salah yang membingungkan?
b.
Evaluasi kemediaan, eveluasi terhadap kepatutan dan
kemungkinan-kemungkinan yang akan timbul selama produksi. Hal-hal yang meliputi
evaluasi aspek ini antara lain:
1)
Kesulitan-kesulitan apakah yang mungkin muncul
ketika naskah diproduksi?
2)
Apakah kemungkinan media yang dikembangkan
menarik bagi siswa?
3)
Apakah kemungkinan media yang dikembangkan
sesuai dengan naskah tidak akan rumit dipelajari siswa?
4)
Apakah media yang akan dikembangkan sesuai
dengan tingkat perkembangan siswa?
5)
Apakah media yang dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan siswa?
C. Produksi Media
Secara sederhana proses produksi media
pembelajaran terbagi atas tiga tahap yakni praproduksi (pre-produksi), pelaksanaan
produksi (production), pasca-produksi.
Pertama, Tahap praproduksi adalah kegiatan
sebelum pelaksanaan produksi. Ada beberapa kegiatan yang dilakukan dalam tahap
pra-produksi, diantaranya:
1.
Pembagian pemeran dan tugasnya;
2.
Latihan pemeranan;
3.
Penetapan waktu produksi.
Kedua, tahap produksi media adalah kegiatan produksi itu sendiri, meliputi
proses perekaman suara dll.
Ketiga, tahap pasca produksi adalah tahap evaluasi media hasil produksi.
Evaluasi perlu dilakukan untuk menimbang berbagai kelemahan media yang
dikembangkan dan menjamin kebenaran secara ilmiah isi kandungan dalam media
pembelajaran.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Pengembangan
media pembelajaran sangat penting demi terciptanya pendidikan yang bekualitas,
tahapan-tahapan dalam pengembangan media diperlukan untuk menjamin media yang
dibuat (audio maupun audio-visual).
Dalam
pengembangan media perlu diperhatikan prosesnya, pertama, mulai dari
tahapan persiapan: seperti mengidentifikasi siswa yang akan menjadi pengguna
media yang kita buat, merumuskan tujuan pokok, pengembangan materi, dan
pengembangan alat ukur. Kedua, penulisan naskah meliputi: memunculkan ide,
membuat sinopsis dan treatment, menulis naskah, dan mengevaluasi dan merevisi
media yang dibuat. Ketiga, tahap produksi, yang terbagi dalam praproduksi,
produksi, dan pasca produksi.
Seorang
penulis naskah harus memahami istilah-istilah dalam produksi media serta
menjamin isinya sesuai dengan materi yang dipelajari siswa, sehingga media yang
dihasilkan bagus dan dapat dipertanggungkan secara ilmiah.
B. Saran
Dalam
pengembangan media pembelajaran, haruslah benar-benar teliti dalam setiap
tahapannya, mulai dari persiapannya, penulisan naskahnya, dan produksi.
Sehingga media tersebut sesuai acuan standar isi dan benar-benar sebagai alat
bantu belajar, bukan sebaliknya. Demikian resume kami apabila ada kesalahan
kami mohon maaf, dan kami mohon kritik dan saran dari pembaca guna memperbaiki
dan menyempurnakan tulisan ini, terima kasih
Komentar
Posting Komentar