tafsir tarbawi : Ayat tentang materi pendidikan dalam perspektif al-Qur'an

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
            Allah SWT menurunkan Al-Qur’an kepada nabi Muhammad Saw sebagai mukjizat terbesar dan dapat disaksikan oleh seluruh makhluk Allah hingga hari akhir (yaumil Qiyyamah) dan dijaga kemurnianya, tentunya merupakan keistimewaan bagi umat muhammad sebagai khairul ummatin ukhrijat linnas    dan rahmatan lil alamin, yaitu qur’an sebagai pedoman sekaligus tuntunan menjalani kehidupan manusia yang telah Allah jadikan sebagai khalifah fi al-ardy. Dilihat dari sisi kandungannya Al-Qur’an memuat berbagai ketentuan, seperti bidang ubudiyyah, muamalah, dll, bahkan termasuk materi pendidikan. Allah SWT, berfirman dalam Al-Qur’an yang berbunyi :
¢Óo_ç6»tƒ ÉOÏ%r& no4qn=¢Á9$# öãBù&ur Å$rã÷èyJø9$$Î/ tm÷R$#ur Ç`tã ̍s3ZßJø9$# ÷ŽÉ9ô¹$#ur 4n?tã !$tB y7t/$|¹r& ( ¨bÎ) y7Ï9ºsŒ ô`ÏB ÇP÷tã ÍqãBW{$# ÇÊÐÈ  
 “ Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” QS.Luqman, 31:17
            Ayat tersebut menunjukkan kepada kita bagaimana luqman (seorang tukang kayu kulit hitam) yang saleh menasehati anaknya tentang dasar-dasar pendidikan hidup yang sesuai ajaran Allah. Dalam Al-Qur’an sendiri secara eksplisit Allah menerangkan betapa seorang hamba-Nya yang ia karunia “hikmah” yaitu luqman begitu bijaksana dalam mengajari putranya (dalam al-Qur’an Óo_ç6»tƒ) tentang ajaran mendasar pendidikan yang sampai sekarang masih sesuai, dan sering dijadikan landasan pendidikan yang bercorak Islami, dimulai dari ayat 12-19 surat al-Luqman Allah begitu menekankan aspek pedagogik berupa seruan Aqidah seperti dilarang menyekutukan Allah, mendirikan sholat dan Akhlaq berupa bersikap santun kepada kedua orangtua, jangan menyakitinya dang seterusnya. Muamalah seperti berbuat baik (amal ma’ruf) dan mencegah perbuatan keji dan mungkar (nahyi mungkar).
            Dalam makalah ini akan kita pahami bagaimana konsep pendidikan (materi pendidikan) menurut perspektif Al-Qur’an yang difokuskan  pada ayat 17 surat Luqman dengan penjabaran melalui ayat-ayat yang berkaitan. Dengan metodelogis induksi sehingga data yang tersaji lebih akurat dan relevan dengan tujuan awal, yaitu menafsiri ayat 17 surat Luqman sebagai ayat tentang materi pendidikan.



BAB II
PEMBAHASAN
B.     PENAFSIRAN
1.      Ayat dan Terjemah
¢Óo_ç6»tƒ ÉOÏ%r& no4qn=¢Á9$# öãBù&ur Å$rã÷èyJø9$$Î/ tm÷R$#ur Ç`tã ̍s3ZßJø9$# ÷ŽÉ9ô¹$#ur 4n?tã !$tB y7t/$|¹r& ( ¨bÎ) y7Ï9ºsŒ ô`ÏB ÇP÷tã ÍqãBW{$# ÇÊÐÈ  
“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” QS. Luqman, 31:17
2.      Tafsir Ayat 17 surat Luqman
Dalam ayat ini Luqman menyuruh anaknya untuk menegakan shalat. Karena shalat merupakan tiang agama dan sebagai penolak keburukan dan kemungkaran. Kemudian menyuruh pula agar anaknya selalu menyeru dan mengajak kepada kebaikan, juga menolak semua bentuk kemungkaran. Karena mengajak pada kebaikan dan menolak keburukan itu adalah jalan yang ditempuh para Nabi dan selayaknya orang-orang pun melakukan hal demikian karena hal itu adalah bentuk perilaku sangat mulia dan terhormat. 
            Penulis meneruskan kisah Luqman kepada anaknya. Ia menelusuri bersama anaknya langkah-  langkah akidah setelah kestabilannya dalam nurani. Setelah beriman kepada Allah tidak ada sekutu bagi-Nya, yakin terhadap kehidupan akhirat yang tiada keraguan di dalamnya, dan percaya kepada keadilan balasan dari Allah yang tidak akan luput walaupun seberat satu biji sawi pun, maka langkah selanjutnya adalah menghadap Allah dengan mendirikan shalat dan mengarahkan kepada manusia untuk berdakwah kepada Allah, juga bersabar atas beban-beban dakwah dan konsekuensi yang pasti ditemui.
             Pada ayat ini ada suatu pesan bahwa salah satu tugas orang tua kepada anaknya ialah mendidiknya untuk menegakkan shalat. Karena shalat merupakan langkah kedua setelah keimanan sehingga Rasulullah SAW menyebutkan dalam hadisnya bahwa shalat merupakan rukun Islam yang kedua setelah ikrar keimanan dilakukan (syahadatain) dan Rasulullah memerintahkan agar orang tua menyuruh anaknya shalat semenjak usia dini, yakni usia tujuh tahun., sebagaimana sabdanya:
Dari Amr bin Syuaib dari bapaknya dari kakeknya bahwa Rasulullah SAW telah bersabda : Suruhlah anak-anakmu mengerjakan shalat bila mereka telah berusia tujuh tahun., dan pukullah mereka jika meninggalkannya bila mereka telah berusia sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat tidur mereka. (H.R. Ahmad dan Abu Daud)[1]
            Dengan menegakkan shalat berarti kita melakukan perbaikan spiritual. Menurut Hamka dalam Tafsir al-Azharnya disebutkan bahwa : ia Untuk memperkuat pribadi dan meneguhkan hubungan dengan Allah, untuk memperdalam rasa syukur kepada Tuhan atas nikmat dan perlindungan-Nya yang selalu kita terima, dirikanlah shalat. Dengan shalat kita melatih lidah, hati dan seluruh anggota badan untuk selalu ingat kepada Tuhan.[2]
            Selain itu, jika kita bahas salah satu rahasia shalat, misalkan ketika melakukan sujud, anggota badan yang terletak di posisi paling tinggi yaitu kepala,kita rendahkan hingga kening kita menyentuh tanah, sedikitnya sebanyak 34 kali dalam 17 rakaat shalat wajib, karena itu shalat senantiasa mengajari manusia untuk tidak takabbur, sebaliknya mendidik kita untuk tawadhu di hadapan Allah SWT.
            Nasihat Luqman pada ayat 17 ini menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan amal-amal shaleh yang puncaknya adalah shalat, serta amal-amal kebajikan yang tercermin dalam amar makruf dan nahi mungkar, juga nasihat berupa perisai yang membentengi seseorang dari kegagalan yaitu sabar dan tabah. Menyuruh mengerjakan makruf, mengandung pesan untuk mengerjakannya, karena tidaklah wajar menyuruh sebelum diri sendiri mengerjakannya. Demikian juga melarang kemungkaran, menuntut agar yang melarang terlebih dahulu mencegah dirinya,. Itu agaknya yang menjadi sebab mengapa Luqman tidak memerintahkan anaknya melaksanakan yang makruf dan menjauhi mungkar, tetapi memerintahkan, menyuruh dan mencegah. Di sisi lain membiasakan anak melaksanakan tuntunan ini menimbulkan dalam dirinya jiwa kepemimpinan serta kepedulian sosial. [3]
            Menurut Mohsen Qaraati, Kita berkewajiban untuk membina anak-anak kita menjadi individu-individu yang bertanggungjawab dan memiliki kepekaan social melalui pendidikan keberimanan, kebertuhanan, menegakkan shalat dan melalui pendidikan amar makruf nahi mungkar. Karena amar makruf adalah bukti cinta seseorang kepada ajaran yang diyakininya, bukti kecintaan seseorang kepada umat, bukti dari keinginan yang kuat untuk menuju keselamatan secara massal. Amar makruf adalah semangat keagamaan dan jalinan persahabatan antar umat.[4]
            Inilah jalan akidah yang telah dirumuskan Allah. Yaitu, mengesakan Allah, merasakan pengawasan-Nya, mengharapkan apa yang ada di sisi-Nya, yakin kepada keadilan-Nya, dan takut terhadap pembalasan dari-Nya. Kemudian melalui ayat 17 ini beralih kepada dakwah untuk menyeru manusia agar memperbaiki keadaan mereka, serta menyuruh mereka kepada yang makruf dan mencegah mereka dari yang mungkar. Juga bersiap-siap sebelum itu untuk menghadapi peperangan.
melawan kemungkaran, dengan bekal yang pokok dan utama yaitu bekal ibadah dan menghadap kepada-Nya serta bersabar atas segala yang menimpa da’i di jalan Allah.
            Lanjutan ayat 17 mengatakan:
“Sesungguhnya yang demikian termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” Karena dalam Tafsir Fi Dzilalil Qur’an makna Azmil Umur adalah melewati rintangan dan meyakinkan diri untuk menempuh jalan setelah membulatkan tekad dan keinginan.
            Dalam Tafsir al-Maraghi disebutkan makna Azmil umur ialah yang telah diwajibkan oleh Allah SWT atas hamba-hamba-Nya, tanpa ada pilihan lain. Karena di dalam hal tersebut (shalat, amar makruf dan sabar) terkandung faedah yang besar dan manfaat yang banyak, di dunia dan di akhirat.[5]
a.    Mufradat lafadz
Óo_ç6»tƒ : anakku (putra luqman)
É no4qn=¢Á9$# OÏ%r& : dirikanlah shalat; aqim berbentuk fiil ‘amar yang berarti perintah, disini ditujukan untuk melakukan shalat.
ãBù&ur : dan serulah (manusia) ; fiil ‘amar yang diathofkan dengan kalimat sebelumnya melalui huruf ur.
Å$rã÷èyJø9$$Î/ : mengerjakan yang baik; kalimat ism (benda) sebagai objek dari kalimat fiil sebelumnya (serulah).
Ç Ìs3ZßJø9$# t`tã m÷R$#ur: dan cegahlah (mereka) dari perbuatan mungkar (mungkar: perbuatan keji, tidak bermoral, tidak sesuai peraturan atau norma yang berlaku); masih ‘athaf dengan lafadz sebelumnya yang berarti satu kesatuan terikat, tm÷R$#ur-ãBù&ur-OÏ%r& (dirikanlah, dan serulah, cegahlah).
÷ŽÉ9ô¹$#ur : dan bersabarlah; kalimat fi’il bentuk ‘amr (perintah) yang athaf dengan lafadz sebelumnya.
4y7t/$|¹r& !$tB n?tã : terhadap (dari) apa yang menimpa kamu.
( ¨ y7Ï9ºsŒ bÎ) : sesungguhnya yang demikian itu,
ôÍqãBW{$#  ÇP÷tã `ÏB: Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)
b.   Ayat-ayat Yang Berkaitan
            Allah Swt berfirman yang berbunyi ;
ôs)s9ur $oY÷s?#uä z`»yJø)ä9 spyJõ3Ïtø:$# Èbr& öä3ô©$# ¬! 4 `tBur öà6ô±tƒ $yJ¯RÎ*sù ãä3ô±o ¾ÏmÅ¡øÿuZÏ9 ( `tBur txÿx. ¨bÎ*sù ©!$# ;ÓÍ_xî ÓÏJym ÇÊËÈ  
 dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".
Dalam kaitannya dengan materi pendidikan dalam ayat 17 surat Luqman, Pada ayat 12 Allah menjelaskan profil Lukman sebagai hamba Allah yang diberi anugerah Al-Hikmah dari-Nya. Dengan Al-Hikmah itu ia mendidik anaknya menjadi hamba Allah yang senantiasa bersyukur. Langkah-langkah Lukman mendidik anaknya dalam upaya mencapai ‘abdan syakura dijelaskan dalam ayat 13 sampai ayat 19 dengan rincian sebagai berikut:
a)      Larangan berbuat syirik, yaitu menyekutukan Allah dengan segala sesuatu
b)      Perintah berbuat baik kepada kedua orang tua/ keharusan berbuat baik kepada orang tua yang juga dibatasi oleh aturan-aturan Allah
c)      Keimanan.
d)     Shalat dan amar ma’ruf nahi munkar
e)      Etika[6]
Menurut hemat kami, secara keseluruhan nasihat Lukman berisi sembilan perintah, tiga larangan dan tujuh argumentasi. Sembilan perintan tersebut adalah:
a)      Berbuat baik kepada orang tua
b)      Syukur kepada Allah dan orang tua
c)      Berkomunikasi dengan baik kepada orang tua
d)     Mengikuti pola hidup anbiya’ dan shalihin
e)      Menegakkan shalat
f)       Amar ma’ruf
g)      Nahi munkar
h)      Sederhana dalam kehidupan
i)        Bersikap sopan dalam berkomunikasi
Adapun yang berbentuk larangan adalah:
a)      Larangan syirik
b)      Larangan bersikap sombong
c)      Larangan berlebihan dalam kehidupan
Sedangkan ketujuh argumen tersebut adalah:
a)      Barang siapa bersyukur, sungguh syukurnya itu untuk dirinya sendiri, dan barang siapa kufur, sesungguhnya Allah Maha Kaya dan Maha terpuji
b)      Sesungguhnya syirik itu ialah kezaliman yang besar
c)      Kepada_Nya manusia dikembalikan, untuk mempertanggung jawabkan apa yang telah  diperbuatnya selama hidup di dunia
d)     Sesungguhnya Allah maha mengetahui segala sesuatu
e)      Sesungguhnya semua itu merupakan ‘azmil umuur/ merupakan sesuatu yang telah diwajibkan
f)       Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong
g)      Sesungguhnya sejelek-jelenya suara adalah suara keledai.
وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ
Artinya: “Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk.” (QS.al Baqarah(2) : 43)
Dalam ayat di atas (ayat 43) jelaslah Allah menekankan betapa pentingnya shalat sebagai puncak ibadah seorang muslim sebagai wujud ta’at kepada Allah, lalu menyuruh kita menunaikan zakat sebagai aplikasi dari bakti sosial (bersifat muamalah) sehingga benar-benar menampilkan islam yang rahmatan lil alamin , begitulah nilai yang tertera yang masih berkaitan dengan ayat 17 surat al-Luqman yaitu pendidikan mengenai menjalin hubungan dengan Allah (vertikal relationship) dan hubungan sosial yang ditekankan dengan menunaikan zakat sebagai bentuk kepedulian dengan orang lain yang membutuhkan, juga merupakan wujud rasa syukur kepada Allah Swt. Seterusnya dalam ayat ini diajarkan nilai akhlaq berupa cara ubudiyyah kepada Allah dengan shalat serta disempurnakan melalui zakat.
(#qãZŠÏètFó$#ur ÎŽö9¢Á9$$Î/ Ío4qn=¢Á9$#ur 4 $pk¨XÎ)ur îouŽÎ7s3s9 žwÎ) n?tã tûüÏèϱ»sƒø:$# ÇÍÎÈ  

 Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',(QS.al-Baqarah 2: 45)
Ayat 17 surat al-Luqman menjelaskan pengertian pendidikan kedisiplinan, akhlaq, dan penekanan sabar yang sejalan dengan ayat 45 surat al-Baqarah, Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu dan diteruskan; dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', menunjukkan kekhususan derajat seorang yang khusu’ dalam shalat sebagai manifestasi keimanan.
Dari semua penjelasan tentang kaitan antara ayat 17 luqman dengan ayat-ayat yang lain dapat disimpulkan kandungan pokok yang dapat di ambil sebagai materi pendidikan antara lain.
Pertama, ‘aqaaid (Akidah), yang menyangkut masalah keimanan kepada Allah, hal ini sudah tercakup iman kepada malaikat, kitab-kitab_Nya, para nabi, hari kiamat, dan qadha dan qadar. Materi ini terdapat pada ayat 12,13, dan 16
Kedua, syari’at, yakni satu sistem norma Ilahi yang mengatur hubungan manusia denagn tuhan, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam. Kaidah syari’ah ini terbagi menjadi dua: pertama, ibadah, seperti shalat, thaharah, zakat, puasa dan haji. Kedua, mu’amalah yakni tata aturan Ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan harta benda. Aspek syari’ah ini termaktub pada ayat 14,15, dan 17
Ketiga, Akhlaq. Secara etimologis, akhlaq adalah perbuatan yang mempunyai sangkut paut dengan khaliq (pencipta). Akhlaq ini mencakup akhlaq manusia terhadap khaliqnya, dan akhlaq manusia terhadap makhluk. Aspek ini terdapat pada ayat 14,15, 18, dan 19. Baik ibadah, muamalah, dan akhlak pada hakikatnya bertitik tolak dari akidah.

c.       Kaitan ayat 17 surat Al-Luqman dengan Hadits
Adapun hadits yang berkaitan dengan surat Luqman ayat 17 tentang pendidikan yaitu:
 عن أبي عـبد الرحمن عبد الله بن عـمر بـن الخطاب رضي الله عـنهما ، قـال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسـلم يقـول : بـني الإسـلام على خـمـس : شـهـادة أن لا إلـه إلا الله وأن محمد رسول الله ، وإقامة الصلاة ، وإيـتـاء الـزكـاة ، وحـج البيت ، وصـوم رمضان
Dari Abu Abdirrahman, Abdullah bin Umar bin Al-Khathab radhiallahu 'anhuma berkata : saya mendengar Rasulullah bersabda: "Islam didirikan diatas lima perkara yaitu bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah secara benar kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, mengerjakan haji ke baitullah dan berpuasa pada bulan ramadhan". (HR.Bukhari dan Muslim)
Hadits dari abu abdirrahman yang diriwayatkan syaikhani (Bukhari-Muslim) tersebut jelas menunjukkan shalat sebagai salah satu rukun iman, begitu juga zakat, puasa, dan haji. Hadits ini menekankan nilai Ushul Islami yang menitik beratkan amaliyyah atau ubudiyyah sebagai rukun bukan hanya sekedar kewajiban yang tanpanya islam seseorang tidak sah.
Hadits lain berbunyi, yang artinya:
Dari Amr bin Syuaib dari bapaknya dari kakeknya bahwa Rasulullah SAW telah bersabda : Suruhlah anak-anakmu mengerjakan shalat bila mereka telah berusia tujuh tahun., dan pukullah mereka jika meninggalkannya bila mereka telah berusia sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat tidur mereka. (H.R. Ahmad dan Abu Daud)
Hadits tersebut menjelaskan penerapan pendidikan anak oleh orang tua yang dimulai sejak umur 7 tahun, dengan mengajarinya shalat bahkan dianjurkan untuk mentakzir dengan memukul agar jera, nilai yang dapat diambil adalah mendidik anak disiplin dalam menjalankan shalat sejak belia.
Hadits ke-2 dari sahabat nabi yang berbunyi;
عن أبي هريرة عبدالرحمن بن صخر رضي الله عنه قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول ما نهيتكم عنه فاجتنبوه وما أمرتكم به فأتوا منه ما استطعتم , فإنما أهلك الذين من قبلكم كثرة مسائلم واختلافهم على أنبيائهم
Dari Abu Hurairah, 'Abdurrahman bin Shakhr radhiallahu 'anh, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah bersabda : "Apa saja yang aku larang kamu melaksanakannya, hendaklah kamu jauhi dan apa saja yang aku perintahkan kepadamu, maka lakukanlah menurut kemampuan kamu. Sesungguhnya kehancuran umat-umat sebelum kamu adalah karena banyak bertanya dan menyalahi nabi-nabi mereka (tidak mau taat dan patuh)"
(Bukhari no. 7288, Muslim no. 1337)
Nabi memerintahkan untuk menjauhi segala yang nabi larang dan harus dijauhi, dan melaksanakan apa yang diperintah semampunya. Hadits dari Abu Hurairah yang diriwayatkan Syaikhani ini senada dengan perintah amal ma’ruf nahy munkar yang terkandung dalam ayat 17 Luqman.
Hadits lainnya dari ibnu Abbas yang artinya:
Ibnu Abbas berkata, "Ketika Abu Sufyan menceritakan tentang Heraklius kepadaku, ia berkata, 'Nabi Muhammad saw menyuruh kami mendirikan shalat, berlaku jujur, dan menjaga diri dari segala sesuatu yang terlarang (H.R. Bukhari)[7]
Hadits ini sesuai dengan poin amr ma’ruf nahy munkar  dalam surat Luqman ayat 17, terlihat dari amal ma’ruf berupa mendirikan shalat, bertindak jujur dan nahy munkar; menjauhi segala yang dilarang. Juga termasuk mengandung nilai pendidikan akhlak yaitu selalu berkata jujur.
 عن أبي عبدالله جابر بن عبدالله الأنصاري رضي الله عنهما أن رجلاً سأل رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال : أرأيت إذا صليت المكتوبات , وصمت رمضان وأحللت الحلال , وحرمت الحرام ولم أزد على ذلك شيئاً أأدخل الجنة ؟ قال - نعم - رواه مسلم
Dari Abu ‘Abdullah, Jabir bin ‘Abdullah Al Anshari radhiyallahu anhuma, sungguh ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa Sallam : “Bagaimana pendapatmu jika aku melakukan shalat fardhu, puasa pada bulan Ramadhan, menghalalkan yang halal (melaksanakannya dengan penuh keyakinan), mengharamkan yang haram (menjauhinya) dan aku tidak menambahkan selain itu sedikit pun, apakah aku akan masuk surga?" Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menjawab : " Ya" (HR. Muslim no 15)
Sahabat yang bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam ini bernama Nu’man bin Qauqal Abu ‘Amr bin Shalah mengatakan bahwa secara zhahir yang dimaksud dengan perkataan “aku mengharamkan yang haram” mencakup dua hal, yaitu meyakini bahwa sesuatu itu benar-benar haram dan tidak melanggarnya. Hal ini berbeda dengan perkataan “menghalalkan yang halal”, yang mana cukup meyakini bahwa sesuatu benar-benar halal saja.
Dari Abu Ya’la Syaddad bin Aus rodhiallohu ‘anhu, Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Sesungguhnya Alloh mewajibkan (kalian) berbuat baik terhadap segala sesuatu, maka bila kalian hendak membunuh orang (dalam peperangan ataupun yang lainnya), bunuhlah dengan cara yang baik, dan bila kamu menyembelih (binatang), maka sembelihlah dengan cara yang baik, hendaklah kalian menajamkan pisau dan memperlakukan hewan sembelihan dengan lembut.” (HR Muslim)
Hadits Abu Ya’la tersebut menekankan berbuat baik dalam segala hal, termasuk dalam hal perang dan menyembelih hewan agar tidak terlalu menyakitinya (sa’at menyembelih).
Hadits nabi yang lain,
عن أبي سعيد الخدري – رضي الله عنه – قال : قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول - من رأى منكم منكرا فليغيره بيده ، فإن لم يستطع فبلسانه ، فإن لم يستطع فبقلبه و ذلك أضعف الإيمان - رواه مسلم
Dari Abu Sa'id Al Khudri radhiyallahu anhu, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda : “Barang siapa di antaramu melihat kemungkaran, hendaklah ia merubahnya (mencegahnya) dengan tangannya (kekuasaannya) ; jika ia tak sanggup, maka dengan lidahnya (menasihatinya) ; dan jika tak sanggup juga, maka dengan hatinya (merasa tidak senang dan tidak setuju) , dan demikian itu adalah selemah-lemah iman”. [Muslim no. 49][8]
Abu Tsa'labah Al-khusyani Jurtsum bin Nasyir ra. meriwayatkan dari Rosulullah saw, beliau bersabda, "Sesungguhnya Allah swt telah menetapkan beberapa kewajiban, janganlah engkau menyepelekannya (meremehkannya), telah menentukan sanksi-sanksi hukum, janganlah engkau melanggar, telah pula mengharamkan beberapa hal, maka janganlah engkau jatuh kedalamnya. Dia juga mendiamkan beberapa hal --karena kasih sayangnya kepada kalian bukannya lupa-- maka janganlah engkau mencari-carinya." (hadits hasan diriwayatkan oleh Ad-daruquhtni, dll)
Nabi SAW. Bersabda, “sabar ada 4 segi : sabar atas segala kewajiban; sabar menghadapi musibah; sabar terhadap gangguan manusia dan sabar dari kefakiran. Sabar atas segala kewajiban adalah taufik (pertolongan). Sabar menghadapi musibah adalah sebab diberi pahala. Sabar terhadap gangguan manusia adalah dicintai Allah. Sabar dari kefakiran adalah ridha kepada Allah Ta’ala (terhadap pembagian rizki-Nya).[9]
Hadits tersebut selaras dengan kandungan ayat (17) Luqman bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). Pendidikan tentang kesabaran.
d.      Ababun nuzul al-Luqman ayat 17
Secara etimologi kata asbab al-nuzul berarti turunnya ayat ayat al-Qur’an yang di nturunkan oleh Allah swt kepada Muhammad SAW secara berangsur-angsur bertujuan untuk memperbaiki aqidah,ibadah,akhlak,dan pergaulan manusia yang sudah menyimpang dari kebenaran . Karena itu dapat di katakana bahwa terjadinya penyimpangan dan kerusakan dalam tatanan manusia merupakan sebab turunnya Al-Qur’an .
Menurut subhi Al-salih ,asbab an-nuzul adalah sesuatu yang dengan sebabnya turun ayat beberapa ayat yang mengandung sebab itu atau menerangkan hukumnya pada masa terjadinya sebab tersebut.
Turunnya surat Al-Luqman di karenakan adanya seseorang yang bernama luqman hamba allah beliau mmiliki sifat yang amat bijak dan taqwa yang dimiliinya serta bagaimana beliau mendidik anaknya agar menjadi pribadi muslim yang setia kepada Allah SWT.[10]

3.      Hukum dan Hikmah al-Luqman ayat 17
Ayat di atas menjelaskan tentang hal-hal yang berkaitan dengan amal-amal saleh yang puncaknya adalah shalat. Serta amal-amal kebajikan yang tercemin dalam Amr ma’ruf dan nahi munkar, juga nasehat berupa perisai yang membentangi seseorang dari kegagalan yaitu sabar dan tabah. Kata Azm dari segi bahasa berarti keteguhan hati dan tekad untuk melakukan sesuatu. Kata ini berpatron mashdar tetapi maksudnya adalah objek,sehingga makna penggalan ayat itu adalah sholat,amr ma’ruf, dan nahi munkar serta kesabaran merupakan hal-hal yang telah di wajibkan oleh Allah untuk di bulatkan atasnya tekad manusia.
Thabathaba’i tidak memahami kesabaran sebagai salah satu yang di tunjuk oleh kata yang demikian itu. Karena menurutnya kesabaraan telah masuk dalam bagian azm. Maka atas dasar itu, bersabar yakni menahan diri termasuk dalam azm dan keteguhan akan terus bertahan selama masih ada sabar. Dengan demikian kesabaran di perlukan serta kesinabungannya.
Sabar dalam pandangan Ahl-tasawuf sendiri dibagi 3 : Sabar ‘ala ma’siah (sabar dari maksiat); Sabar ‘ala Tha’ah (sabar atas taat [kepada Alla]); dan Sabar ‘ala Musibah (sabar atas musibah).
Hukum shalat adalah wajib dan merupakan rukun Islam setelah syahadatain, yang merupakan sebagai Ubudiyyah yang menjadi pokok agama, seperti sabda Nabi SAW : Shalat adalah tiang agama, barang siapa meninggalkannya maka ia merobohkan agama (HR. Bukhari Muslim). Adapun hikmahnya ; seorang yang mengerjakan shalat terhindar dari perbuatan keji dan mungkar, dan termasuk perbuatan taqarrub ila allah sebagai wujud Taqi ila llah yang bernilai pendidikan Aqidah (Ibadah pen.) sesuai firman Allah:
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur žwÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ
“Dan Aku tidak menciptkan jin dan manusia kecuali untuk menyembah kepada-Ku.” (QS. adz-Dzariyat: 56).
Hukum mengerjakan kebaikan adalah wajib begitupun meninggalkan hal munkar, hikmahnya: mendekatkan diri kepada Allah (taqarrub) dan menghindari perbuatan yang menyebabkan murka Allah seperti durhaka pada-Nya (Ashi) agar diberikan rahmat Allah dan derajat yang luhur. Nilai pendidikan yang ditanamkan adalah disiplin mematuhi hukum. Yang terakhir sabar: hikmah dari sabar adalah sebagai penolong seorang mukmin, orang yang sabar tentunya tidak susah payah dalam menyikapi hidup dan cenderung bersifat Husnudzan dan qonaah dalam menerima ketetapan Allah. Namun begitu (sabar) termasuk Azmil umur dan harus di usahakan (lih. Qs,31:17). Allah menegaskan sabar sebagai penolong dalam menghadapi hidup sebagaimana firman-Nya :
(#qãZŠÏètFó$#ur ÎŽö9¢Á9$$Î/ Ío4qn=¢Á9$#ur 4 $pk¨XÎ)ur îouŽÎ7s3s9 žwÎ) n?tã tûüÏèϱ»sƒø:$# ÇÍÎÈ  
Artinya: Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',(QS.Al-Baqarah 2:45)

4.      Mafhum Mukhalafah
Dijelaskan dalam Al-Qur’an surat al-Luqman (31:17) yang berbunyi:
¢Óo_ç6»tƒ ÉOÏ%r& no4qn=¢Á9$# öãBù&ur Å$rã÷èyJø9$$Î/ tm÷R$#ur Ç`tã ̍s3ZßJø9$# ÷ŽÉ9ô¹$#ur 4n?tã !$tB y7t/$|¹r& ( ¨bÎ) y7Ï9ºsŒ ô`ÏB ÇP÷tã ÍqãBW{$# ÇÊÐÈ  
Artinya: Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).
Memberikan pengertian bagaimana luqman berwasiat kepada putranya untuk mendirikan shalat, menyeru kepada ‘amr ma’ruf dan mecegah yang mungkar, lalu menasehatinya agar selalu bersabar terhadap apa yang menimpa (cobaan, anugrah, dll).
            Menurut ayat tersebut mafhum mukhalafah yang dapat dipetik adalah jangan sekali-kali lalai dalam shalat karena demikian itu termasuk dosa yang diancam dengan siksaan dineraka wail sebagaimana firman Allah Swt;
×@÷ƒuqsù šú,Íj#|ÁßJù=Ïj9 ÇÍÈ  tûïÏ%©!$# öNèd `tã öNÍkÍEŸx|¹ tbqèd$y ÇÎÈ  
Artinya: Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, (QS.Al-Ma’uun 107:4-5)
Selanjutnya, tidak berbuat yang mungkar dengan melakukan hal yang melanggar batasan, nilai (norma), atau aturan yang berlaku baik aturan kebiasaan maupun yang bersifat profetik terlebih yang ilahiah, seperti berzina, madat, minum-minuman keras, dll. Yang tidak sesuai dan patut dengan nilai nurani dan kepantasaan.
            Dalam pengertian lebih lanjut tentang mafhum mukhalafah ayat tersebut yaitu; tidak boleh kufur terhadap kepastian atau ketetapan Allah yang mendera seperti musibah, cobaan, dll. Sehingga membuat hilang rasa sabar dan mengumpat cobaan dari Allah tersebut karena yang seperti itu bukan merupakan cerminan orang yang beriman. Ingatlah Sesesungguhnya Allah itu bersama orang-orang yang bersabar.




BAB III
PENUTUP
C.    KESIMPULAN
                Al-Qur’an sebagai kitab suci yang diturunkan kepada khatamul anbiya’ merupakan syari’at terakhir dari agama samawi sebagai tuntunan hingga yaumul qiyyamah pastinya mengandung maxim ataupun kaidah dalam menjalani kehidupan yang sesuai petunjuk Allah Swt, berupa cara ber-Ubudiyyah bahkan hingga Muamalah sesama manusia lain sebagai wujud bahwa Islam benar-benar petunjuk (agama) yang rahmatan lil alamin bukan sebaliknya. Adapun kandungan al-Qur’an sangatlah padat termasuk meliputi; aqidah, syariah, ubuddiyah,dll. Dengan demikian dapat di pastikan juga, bahwa Al-Qur’an menyiapkan konsep-materi tentang pendidikan.
            Surat al-Luqman ayat 17 merupakan salah satu dari serangkaian ayat yang memuat tentang materi pendidikan dalam al-Qur’an yang berisi tentang:
a)      Larangan berbuat syirik, yaitu menyekutukan Allah dengan segala sesuatu
b)      Perintah berbuat baik kepada kedua orang tua/ keharusan berbuat baik kepada orang tua yang juga dibatasi oleh aturan-aturan Allah
c)      Keimanan.
d)     Shalat dan amar ma’ruf nahi munkar
e)      Etika
Dapat kita ambil kesimpulannya yaitu:
            Pertama, ‘aqaaid (Akidah), yang menyangkut masalah keimanan kepada Allah, hal ini sudah tercakup iman kepada malaikat, kitab-kitab_Nya, para nabi, hari kiamat, dan qadha dan qadar. Materi ini terdapat pada ayat 12,13, dan 16
            Kedua, syari’at, yakni satu sistem norma Ilahi yang mengatur hubungan manusia denagn tuhan, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam. Kaidah syari’ah ini terbagi menjadi dua: pertama, ibadah, seperti shalat, thaharah, zakat, puasa dan haji. Kedua, mu’amalah yakni tata aturan Ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan harta benda. Aspek syari’ah ini termaktub pada ayat 14,15, dan 17
            Ketiga, Akhlaq. Secara etimologis, akhlaq adalah perbuatan yang mempunyai sangkut paut dengan khaliq (pencipta). Akhlaq ini mencakup akhlaq manusia terhadap khaliqnya, dan akhlaq manusia terhadap makhluk. Aspek ini terdapat pada ayat 14,15, 18, dan 19. Baik ibadah, muamalah, dan akhlak pada hakikatnya bertitik tolak dari akidah.
            Demikian penjelasan tentang tafsir tarbawi mengenai penjelasan QS. Luqman 31:17 yang menjelaskan tentang materi pendidikan, semoga isi makalah ini dapat bermanfaat dan dapat di ambil pelajaran dan hikmahnya, Amien. Adapun apabila ada kesalahan dan kekurangan itu semata murni dari kami (penyusun) dan kebenaran adalah milik Allah semata, untuk itu kami memohon kritik dan saran yang membangun guna perbaikan kedepannya, Sekian.














DAFTAR PUSTAKA

Nasib, Muhammad Ar-Rifa’i, Tafsir ibnu Katsir (terj.), Jakarta: Gema Insani, 2000.
Shihab, M. Quraish, TAFSIR AL-MISBAH: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati. 2002

Mustafa, Ahmad Al-Maraghi, Al-Maraghi (terj.), Semarang: Toha Putra, 1993
Departemen Agama RI. Al-Qur’an Dan Terjemahannya. CV. Pustaka Agung  Harapan. Surabaya : 2006.

 Hamka, Tafsir Al-Azhar, Surabaya: Yayasan Latimojong, 1979
Nurwadjah Ahmad, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, Bandung: Marja, 2010
Sabiq,Sayyid, Fiqh Sunnah (terj), (Bandung : al-Ma’arif, 1990), Cet 10, j. 1
Zakiyah Daradjat dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2006
https://yusufanwar.blogspot.com diakses tanggal 01 Mei 2014




[1] Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah (terj), (Bandung : al-Ma’arif, 1990), Cet 10, j. 1, h. 205
[2] Hamka,. Tafsir Al-Azhar, (Surabaya: Yayasan Latimojong, 1979) h.132
[3] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, kesan dan keserasian al-Qur’an , (Jakarta: Lentera Hati. 2002) h. 137
[4] https://yusufanwar.blogspot.com diakses tanggal 01 Mei 2014
[5] Al-Maraghi, Op. Cit., h. 160

[6] Zakiyah Daradjat dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006) h. 56


[7] Ini adalah bagian dari hadits Ibnu Abbas yang panjang dan akan disebutkan secara maushul dengan lengkap pada Kitab ke-56 "al-Jihad", Bab ke-102
[8] Ringkasan Syarah Arba’in An-Nawawi - Syaikh Shalih Alu Syaikh Hafizhohulloh - http://muslim.or.id
Penyusun: Ustadz Abu Isa Abdulloh bin Salam (Staf Pengajar Ma’had Ihyaus Sunnah, Tasikmalaya)
[9] Jalaluddin Assuyuthi, Lubabul Hadits, (terj.) (Surabaya: APPOLO 1992) h. 127
[10] Nurwadjah Ahmad, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, (Bandung: Marja, 2010) h. 67

Komentar

  1. isi daripada makalah ini bertujuan menjelaskan arti penting pendidikan

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer