KOMPONEN KURIKULUM

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja. Sedangkan menurut Hilda Taba (1962), Kurikulum sebagai a plan for learning, yakni sesuatu yang direncanakan untuk dipelajari oleh siswa. Sementara itu, pandangan lain mengatakan bahwa kurikulum sebagai dokumen tertulis yang memuat rencana untuk peserta didik selama di sekolah. 
Kurikulum sering disamakan dengan mata pelajaran. Padahal Saylor, Alexander dan Lewis memandang kurikulum sebagai segala upaya sekolah untuk mempengaruhi siswa supaya belajar, baik dalam ruang kelas, di halaman sekolah, maupun di luar sekolah.  Dari pandangan pakar tersebut sudah jelas bahwa kurikulum bukan hanya kumpulan mata pelajaran. Kurikulum  meliputi segala pengalaman atau proses belajar siswa yang direncanakan dan dilaksanakan di bawah bimbingan lembaga pendidikan.  
B. Rumusan Masalah
1. Apakah komponen/elemen yang membangun sebuah kurikulum?
2. Seberapa penting tujuan, konten, organisasi dan evaluasi bagi kurikulum?
3. Apakah pengertian (1) tujuan kurikulum, (2) komten kurikulum, (3) organisasi kurikulum, (4) evaluasi kurikulum, dan pembagian macam-macam tiap komponen tersebut? 


BAB II
PEMBAHASAN

KOMPONEN KURIKULUM
Dalam kamus besar bahasa Indonesia elemen berarti bagian (yang penting, yang dibutuhkan) dari keseluruhan yang lebih besar; sedangkan kurikulum menurut KBBI adalah perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan; (2) perangkat mata kuliah mengenai bidang keahlian khusus, jadi elemen atau komponen kurikulum adalah sesuatu yang terpenting atau bagian yang terpenting dan yang dibutuhkan dalam unsur pendidikan.
Kurikulum merupakan sebuah sistem di mana di dalamnya terdapat beberapa komponen yang saling terkait dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Komponen kurikulum terdiri dari: (1) komponen tujuan; (2) komponen isi dan organisasi bahan pengajaran; (3) komponen pola strategi belajar-mengajar, serta (4) komponen evaluasi. 
A. Tujuan Kurikulum
1. Pengertian/batasan tujuan
Kurikulum  hakikatnya adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan, maka tujuan kurikulum sebenarnya adalah tujuan dari setiap program pendidikan yang akan ditanamkan pada diri anak didik.
Tujuan kurikulum pada dasarnya merupakan tujuan setiap program pendidikan yang diberikan kepada anak didik, Karena kurikulum merupakan alat antuk mencapai tujuan, maka kurikulum harus dijabarkan dari tujuan umum pendidikan.  Di Indonesia ada 4 tujuan utama yang secara hirarki sebagai berikut:
a. Tujuan Nasional Dalam Undang-undang No. 2 tahun 1980 tentang sistem Pendidikan Nasional rumusan tujuan pendidikan nasional disebutkan Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia indonesia seutuhnya.
b. Tujuan institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh suatu lembaga pendidikan, umpamanya MI. MTs, MA, SD, SMP, SMA, dan sebagainya. Artinya apa yang harus dimiliki anak didik setelah menamatkan lembaga pendidikan tersebut.
c. Tujuan kurikuler adalah tujuan di bidang studi atau mata pelajaran, sehingga mencerminkan hakikat keilmuan yang ada di dalamnya.
d. Tujuan instruksional, tujuan ini adalah tujuan yang langsung dihadapkan kepada anak didik, sebab harus dicapai oleh mereka setelah menempuh proses belajar-mengajar. 
2. Kreteria penetapan tujuan
Dalam menentukan dan merumuskan tujuan kurikulum ada empat sumber yang dapat dijadikan landasan yaitu: (a) falsafah bangsa, (b) strategi pembangunan, (c) hakikat anak didik, dan (d) ilmu pengetahuan dan teknologi. 
Hilda Taba dalam Curriculum Development memberikan petunjuk- petunjuk yang berikut dalam merumuskan tujuan, sebagai berikut:
a. Proses mental, yaitu metode untuk melakukan sesuatu produk, bahan yang bertalian dengan itu.
b. Tujuan yang kompleks harus lebih dispesifikkan, sehingga lebih jelas bentuk kelakuan yang diharapkan
c. Dalam merumuskan tujuan harus dinyatakan bentuk kelakuan yang diharapkan dan kegiatan belajar itu.
d. Tujuan lebih bersifat development, yaitu tidak dapat dicapai sekaligus, akan tetapi harus dikembangkan secara kontinu
e. Tujuan hendaknya realistis, dalam arti bahwa tujuan itu benar-benar dapat dicapai anak pada tingkat dan usia tertentu, atau selama jam pelajaran, atau selama belajar di sekolah itu.
f. Tujuan harus meliputi segala aspek perkembangan anak yang menjadi tanggung jawab sekolah.
Sedangkan menurut Benyamin Bloom, bahwa tujuan itu dibagi dalam tiga ranah, yaitu:
a. Tujuan-tujuan Kognitif meliputi segi intelektual dan proses kognitif, yakni: mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisa, mensintesiskan dan mengevaluasi.
b. Tujuan-tujuan Afektif berkenaan dengan kesadaran akan sesuatu, perasaan dan penilaian tentang perasaan, yang meliputi: memperhatikan, merespons, menghargai, mengorganisasi nilai, dan mengkarakterisasi nilai-nilai.
c. Tujuan-tujuan Psikomotorik meliputi tingkatan kegiatan sebagai berikut:
1) Melakukan gerak fisik
2) Menunjukkan kemampuan perseptual tentang visual, auditif, taktikal, kinestetik, serta mengkoordinasi seluruhnya.
3) Memperlihatkan kemampuan fisik.
4) Melakukan gerakan yang terampil serta terkoodinasi dalam permainan, olahraga dan kesenian.
5) Mengadakan komunikasi non-verbal. 
3. Taksonomi Tujuan Pendidikan
Taksonomi tujuan  pendidikan merupakan suatu  kategorisasi tujuan  pendidikan, yang umumnya digunakan sebagai dasar untuk merumuskan tujuan kurikulum dan tujuan pembelajaran. Taksonomi tujuan terdiri dari domain-domain kognitif, afektif, dan psikomotorik.
1. Domain Kognitif
Benjamin S. Bloom mengemukakan jenjang-jenjang atau tujuan kognitif, sebagai berikut:
a) Pengetahuan (knowledge). Pengetahuan merupakan pengingatan bahan-bahan yang telah dipelajari, mulai dari fakta sampai ke teori, yang menyangkut informasi yang bermanfaat.
b) Pemahaman (comprehension). Pemahaman lebih dari pengetahuan, menguasai dan mengerti untuk lebih menjelaskan kembali apa yang sudah diketahuinya.
c) Penerapan (aplication). Penerapan adalah mampu mempraktekkan apa yang sudah dipahaminya, mampu melaksanakan atau menggunakan bahan yang telah dipelajari ke dalam situasi baru yang nyata.
d) Analisis (analysis). Analisis adalah mampu untuk mendefinisikan, merinci bagian-bagian agar struktur organisasinya mudah dipahami, mengkaji hubungan antara bagian-bagian, mengenali karakteristik atau ciri-ciri dan keterkaitan bagian-bagian tersebut.
e) Sintesis (syntesis). Sintesis adalah kemampuan mengkombinasikan bagian-bagian menjadi suatu keseluruhan yang baru, yang menitikberatkan pada tingkah laku kreatif dengan cara memformulasikan pola dan struktur baru.
f) Evaluasi (evaluation). Evaluasi adalah mempertimbangkan untuk pengambilan keputusan berdasarkan kriteria internal dan eksternal.
2. Domain Afektif
Domain afektif adalah sikap, perasaan, emosi, dan karakteristik moral yang merupakan aspek-aspek penting perkembangan siswa. Krathwohl, Benjamin S. Bloom, dan Masia mengemukakan hierarki matra ini yang terdiri dari:
a) Penerimaan (receiving); suatu keadaan sadar, kemauan untuk menerima, perhatian terpilih.
b) Tanggapan (responding); suatu sikap terbuka ke arah sambutan, kemauan untuk menanggapi atau merespon, kepuasan yang timbul karena sambutan memunculkan tanggapan.
c) Menilai (valuing); penerimaan nilai-nilai, preferensi terhadap suatu nilai, membuat kesepakatan sehubungan dengan nilai.
d) Organisasi (organization); suatu konseptualisasi tentang suatu nilai, suatu organisasi dari suatu sistem nilai.
e) Karakterisasi (characterization) dengan suatu kompleks nilai; suatu formasi mengenai perangkat umum, suatu manifestasi dari pada kompleks nilai.

3. Domain Psikomotorik
Domain psikomotorik adalah kategori ketiga tujuan pendidikan, yang menunjuk pada gerakan-gerakan jasmaniah dan kontrol jasmaniah. Kecakapan-kecapakan fisik dan berupa pola-pola gerakan atau ketrampilan fisik yang khusus atau urutan ketrampilan.
a. Peniruan; suatu perilaku meniru dari contoh yang dilihat dan diamati, seperti: mengaktifkan, menyesuaikan, menggabungkan, mengumpulkan, mengatur, membangun, memposisikan, mengkonstruksi, membersihkan, mengubah, dan sebagainya.
b. Manipulasi; suatu perilaku dalam memberikan respon atau kritikan dari hal-hal yang dilihatnya, seperti: mengoreksi, mendemonstrasikan, merancang, memilah, mengidentifikasi, mengisi, melatih, mereparasi, mencampur, membuat, menempatkan, dan sebagainya.
c. Artikulasi; seperti: mengalihkan, menggantikan, memutar, meniru, memindahkan, mendorong, menarik, memproduksi, mencampur, mengoperasikan, mengemas, membungkus, dan sebagainya.
d. Pengalamiahan; seperti: memulai, menyetir, membentuk, mempertajam, menjeniskan, menempelkan, mensketsa, melonggarkan, menimbang, dan sebagainya. 
Penjenjangan tujuan pendidikan dirumuskan dengan hierarki sebagai berikut:
a. Tujuan Pendidikan Nasional
b. Kompetensi Lintas Kurikulum
c. Kompetensi Tamatan
d. Kompetensi Rumpun Mata Pelajaran
e. Kompetensi Mata Pelajaran
f. Kompetensi Dasar Mata Pelajaran
g. Indikator Hasil Belajar 

B. Konten Kurikulum
1. Konsepsi konten
Saylor dan alexander mendefinisikan isi kurikulum dalam cakupan yang luas dan dinilai dapat menggambarkan konsep isi kurikulum. Menurut keduanya isi kurikulum adalah: “Fakta, observasi, data, persepsi, klasifikasi, disain dan pemecahan masalah yang telah dihasilkan pengalaman dan hasil pikiran manusia yang tersusun dalam bentuk ide-ide, konsep, prinsip-prinsip, kesimpulan, perencanaan dan solusi.” 
Defenisi lain tentang konsep isi kurikulum dikemukakan oleh Hyman Ilmu pengetahuan (seperti fakta, keterangan, prinsip-prinsip, defenisi), keterampilan dan proses (seperti membaca, menulis, berhitung, menari, berpikir kritis, berkomunikasi lisan dan tulisan) dan nilai-nilai (seperti konsep tentang hal-hal baik, buruk, betul dan salah, indah dan jelek).  Dari dua pengertian ini, dapat diterima bahwa secara umum konten kurikulum mencakup tiga komponen utama, yaitu pengetahuan, proses dan nilai-nilai.
2. Kriteria Penetapan Konten
Dalam menentukan isi kurikulum baik yang berkenaan dengan pengetahuan ilmiah maupun pengalam belajar disesuaikan dengan tingkat dan jenjang pendidikan, perkembangan yang terjadi dalam masyarakat, tuntutan dan kebutuhan masyarakat serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ada beberapa kriteria yang bisa digunakan dalam merancang isi kurikulum, yaitu:
a. Isi kurikulum harus sesuai, tepat dan bermakna bagi perkembangan siswa, artinya sejalan dengan tahap perkembangan anak.
b. Isi kurikulum harus mencerminkan kenyataan sosial, artinya sesuai dengan tuntutan hidup nyata dalam masyarakat.
c. Isi kurikulum dapat mencapai tujuan yang komprehensif, artinya mengandung aspek intelektual, moral, sosial, dan skills secara integral.
d. Isi kurikulum harus berisikan bahan pelajaran yang jelas, teori, prinsip, bukan hanya sekedar informasi yang teorinya masih samar-samar.
e. Isi kurikulum harus dapat menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Ini dikarenakan isi kurikulum berupa program pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh guru dalam menghantarkan anak didik mencapai tujuan pendidikan. Jadi kurikulum tidak hanya berisikan pengetahuan ilmiah berupa daftar mata pelajaran semata tanpa memerhatikan pengalaman belajar yang bermakna, justru sebaliknya mata pelajaran itu hanyalah merupakan kemasan pengalaman belajar yang bermakna yang sangat dibutuhkan oleh anak didik dalam hidupnya. 
Menurut Zais (1976), kriteria mendasar yang digunakan untuk menyeleksi isi kurikulum adalah rumusan aims, goals dan objektive kurikulum. Namun, hal lain yang perlu diperhatikan oleh pengembang kurikulum adalah bagaimana kurikulum aims tersebut dapat dibawakan secara efektif dan efisien. Untuk itu, perlu adanya pertimbangan prioritas terhadap isi kurikulum yang didasari oleh empat hal, yaitu signifakansi, kegunaan (utility), ketertarikan (interest), dan pengembangan manusia. 
3. Proses pemilihan topik
Proses pemilihan topik harus setidaknya di dasarkan pada beberapa hal, antara lain:
a. Tingkat kematangan peserta didik; (sesuai tahap-tahap perkembangan dan kematangan siswa)
b. Tingkat pengalaman anak
c. Taraf kesulitan materi, yaitu disusun dari yang konkret menuju yang abstrak, dari yang mudah menuju ke yang sukar, dan dari sederhana menuju ke yang kompleks. 
C. Organisasi Kurikulum
Organisasi kurikulum yaitu pola atau bentuk bahan pelajaran disusun dan disampaikan kepada murid-murid. Dengan kata lain organisasi kurikulum adalah struktur program kurikulum yang berupa kerangka umum program-program pengajaran yang disampaikan kepada peserta didik guna tercapainya  tujuan pendidikan atau pembelajaran yang ditetapkan.  
Dari pengertian organisasi kurikulum diatas, dapat disimpulkan bahwa organisasi kurikulum adalah struktur kurikulum berupa kerangka umum program-program pengajaran yang disusun dalam pola tertentu dengan tujuan untuk mempermudah siswa dalam melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan bisa tercapai. 
1. Mata Pelajaran yang Terpisah-pisah (Separated Subject Curriculum)
Merupakan organisasi kurikulum dalam bentuk mata pelajaran yang disajikan secara terpisah antara mata pelajaran satu dengan mata pelajaran yang lain.  Mata pelajaran disini bukan hanya mata pelajaran seperti IPA, IPS dan lain-lain. Akan tetapi, itu adalah hasil pengalaman umat manusia sepanjang masa, atau kebudayaan dan pengetahuan yang dikumpulkan oleh umat manusia sejak dulu kala.  Dari penjabaran diatas, terkesan bahwa bentuk kurikulum ini, ingin memudahkan pemahaman siswa dalam mempelajari mata pelajaran.
a. Kelebihan Separated Subject-Curriculum
1) Bahan pelajaran disusun secara logis, sistematis, sederhana, dan mudah dipelajari.
2) Dapat dilaksanakan untuk mewariskan nilai-nilai dan budaya terdahulu.
3) Kurikulum ini mudah diubah dan dikembangkan.
4) Bentuk kurikulum ini mudah dipola, dibentuk, didesain bahkan mudah untuk diperluas     dan dipersempit sehingga mudah disesuaikan dengan waktu yang ada
b. Kekurangan Separated Curriculum
1) Kurikulum ini memberikan mata pelajaran yang lepas-lepas, yang tidak berhubungan satu dengan yang lain.
2) Kurikulum ini tidak memperhatikan masalah-masalah sosial yang dihadapi anak-anak dalam kehidupan sehari-harinya.
3) Kurikulum ini menyampaikan pengalaman umat manusia yang lampau dalam bentuk logis dan sistematis.
4) Tujuan kurikulum ini terlampau terbatas.
5) Kurikulum ini kurang mengembangkan kemampuan berfikir.
6) Kurikulum ini cenderung menjadi statis dan ketinggalan zaman. 
2. Mata Pelajaran Terhubung (Correlated Curriculum)
Correlated curriculum adalah organisasi isi kurikulum yang menghubungkan pembahasan suatu mata pelajaran  dengan mata pelajaran lainnya, atau satu pokok bahasan dengan pokok bahasan lainnya.  Contoh: sejarah, ekonomi, geografi merupakan mata pelajaran yang mempunyai kesamaan, sehingga digabungkan menjadi mata pelajara Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Biologi, Fisika dan kimia digabung menjadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
a. Kelebihan Correlated Curriculum
1) Menunjukkan adanya integrasi pengetahuan kepada siswa, dimana dalam pelajaran yang disajikan disoroti dari berbagai bidang dan disiplin ilmu.
2) Dapat menambah interes dan menet siswa terhadap adanya hubungan antara berbagai bidang studi.
3) Pengetahuan dan pemahaman siswa akan lebih mendalam dengan penguraian dan penjelasan dari berbagai bidang studi.
4) Lebih mengutamakan pada pemahaman dari prinsip-prinsip dari pada pengetahuan dan penguasaan fakta-fakta.
b. Kekurangan Correlated Curriculum
1) Bahan yang disajikan tidak berhubungan secara langsung dengan kebutuhan siswa, demikian juga, masalah-masalah yang dikemukakan tidak berkenaan secara langsung dengan kehidupan sehari-hari yang dialami siswa.
2) Pengetahuan yang diberikan tidak mendalam.
3) Urutan penyusunan dan penyajian bahan tidak secara logis dan sistematis.
4) Kebanyakan diantara para guru kurang menguasai antar disiplin ilmu, sehingga dapat mengaburkan pemahaman siswa. 
3. Kurikulum terpadu (Integrated Curriculum)
Integrated curriculum arti sederhananya adalah integrasi kurikulum atau kurikulum terpadu. Menurut S. Nasution, kata integrasi berasal dari kata integer yang mempunyai arti unit. Sehingga integrasi yang dimaksud adalah perpaduan, koordinasi, harmoni, kebulatan keseluruhan. 
Dengan menerapkan studi masalah dalam mengembangkan kurikulum, maka dengan mudah bisa dilakukan pemaduan pelajaran. Misalanya, pelajaran agama islam kelas XII jurusan IPA memasuki bahasan tentang Isra’ Mikraj, maka peristiwa itu bisa diterangkan dalam pelajaran fisika tentang kecepatan. Kecepatan Nabi Muhammad ketika isra’ mikraj itu sangat tinggi sehingga seakan-akan tidak masuk akal, dalam ilmu fisika terdapat yang namanya kecepatan yang tak terhingga. Kecepatan yang tak terhingga hanya bisa terjadi kalau bendanya itu tidak mempunyai massa jenis. Massa jenis ini bisa diterangkan dalam pelajaran kimia. Atau masalah itu bisa diterangkan dalam mata pelajaran lainnya.
a. Kelebihan Integrated Curriculum
1) Mempelajari bahan pelajaran melalui pemecahan masalah dengan cara memadukan beberapa mata pelajaran secara menyuluruh dalam menyelesaikan suatu topik atau permasalahan.
2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belejar sesuai dengan bakat, minat dan potensi yang dimilikinya secara individu.
3) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan masalah secara konprehensif dan dapat mengembangkan belajar secara bekerja sama.
4) Dapat membantu meningkatkan hubungan antara sekolah dengan masyarakat.
5) Dapat menghilangkan batas-batas yang terdapat dalampola kurikulum yang lain.
b. Kekurangan Integrated Curriculum
1) Kurikulum dibuat oleh guru dan siswa sehingga memerlukan kesiapan dan kemampuan guru secara khusus dalam pengembangan kurikulum seperti ini.
2) Bahan pelajaran tidak disusun secara logis dan sistematis.
3) Bahan pelajaran bersifat sederhana.
4) Memerlukan biaya, waktu dan tenaga yang banyak. 
4. Kurikulum Inti (Core Curriculum)
Kurikulum inti merupakan bagian dari kurikulum terpadu sehingga dalam proses pembelajarannya harus dikembangkan secara bersama-sama antara guru dan murid. Beberapa karakterisktik kurikulum ini adalah (1) kurikulum ini direncanakan secara berkelanjutan (continue) selalu berkaitan dan direncanakan terus menerus; (2) isi kurikulum yang dikembangkan merupakan rangkaian dari pengalaman yang saling berkaitan; (3) isi kurikulum selalu mengambil atas dasar masalah maupun problem yang dihadapi secara aktual; (4) isi kurikulum cenderung mengambil atau mengangkat subtansi yang bersifat pribadi maupun sosial; (5) isi kurikulum ini lebih difokuskan berlaku untuk semua siswa sehingga kurikulum ini sebagai kurikulum umum, tetapi subtansinya bersifat problema, pribadi, sosial dan pengalaman yang terpadu. 
Ciri-ciri Core Curriculum sebagai berikut:
1) Inti pelajaran merupakan pengalaman-pengalaman yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan semua peserta didik.
2) Inti program berkenaan dengan pendidikan umum (general education) untuk memperoleh hasil (tujuan pendidikan).
3) Kegiatan-kegiatan dan pengalaman-pengalaman inti disusun dan diajarkan dalam bentuk kesatuan, tidak dibatasi oleh garis-garis pelajaran yang terpisah.
4) Inti program diselengarakan dalam jangka waktu yang lebih lama. 
D. Evaluasi Kurikulum
1. Konsepsi Evaluasi Kurikulum
Menurut S. Hamid Hasan (2008), evaluasi kurikulum dan evaluasi pendidikan memiliki karakteristik yang tak terpisahkan. Evaluasi sendiri menurut Morrison adalah perbuatan pertimbangan berdasarkan seperangkat kriteria yang disepakati dan dapat dipertanggung jawabkan. Dalam hal ini ada tiga faktor utama, yaitu: (1) pertimbangan; (2) deskripsi objek penilaian; (3) kriteria yang dapat dipertanggungjawabkan. 
Kriteria evaluasi menurut  Morrison harus memenuhi persyaratan di antaranya: (1) relevan dengan krangka rujukan dan tujuan evaluasi program kurikulum; (2) diterapkan pada data deskriptif yang relevan dan menyangkut program atau kurikulum. 
Dapat disimpulkan bahwa evaluasi kurikulum merupakan proses mempertimbangkan dan mengambil keputusan yang dilakukan setelah menganalisis dan obeservasi seluruh program kurikulum, sejak direncanakan, diimplementasikan, hingga proses perbaikan.
2. Hakikat Evaluasi Kurikulum
Evaluasi kurikulum merupakan bagian dari proses kurikulum, karena evaluasi kurikulum meliputi: komponen-komponen analisis kebutuhan dan studi kelayakan, perencanaan dan pengembangan, proses pembelajaran, revisi kurikulum, dan research kurikulum.
Evaluasi kurikulum merupakan komponen kurikulum yang bertanggung jawab untuk melihat, menganalisis dan menyajikan informasi terkait kesuksesan program kurikulum. Evaluasi kurikulum memiliki scope (ruang lingkup) sejak berupa perencanaan hingga tahap terakhir kegiatan kurikulum.
Jadi, pada hakikatnya tujuan evaluasi kurikulum adalah menilai efektivitas program dan sebagai alat bantu dalam implementasi kurikulum.  


BAB III
KESIMPULAN

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Pasal 1 Butir 19 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Tujuan kurikulum pada dasarnya merupakan tujuan setiap program pendidikan yang diberikan kepada anak didik. Konsep konten menurut Saylor dan Alexander (1966:160) adalah: Fakta, observasi, data, persepsi, klasifikasi, disain dan pemecahan masalah yang telah dihasilkan pengalaman dan hasil pikiran manusia yang tersusun dalam bentuk ide-ide, konsep, prinsip-prinsip, kesimpulan, perencanaan dan solusi. Dari pengertian ini, dapat diterima bahwa secara umum konten kurikulum mencakup tiga komponen utama, yaitu pengetahuan, proses dan nilai-nilai.
Dari pengertian organisasi kurikulum, dapat disimpulkan bahwa organisasi kurikulum adalah struktur kurikulum berupa kerangka umum program-program pengajaran yang disusun dalam pola tertentu dengan tujuan untuk mempermudah siswa dalam melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan bisa tercapai. Adapun jenis-jenis dalam oragnisasi kurikulum meliputi Separated Subject Curriculum, Correlated Subject Curriculum, Integrated Subject Curriculum, dan Core Curriculum.
Evaluasi kurikulum merupakan salah satu komponen kurikulum yang perlu dikuasai oleh guru sebagai pelaksana kurikulum,tujuan Evaluasi Kurikulum:
a. Perbaikan Program.
b. Pertanggungjawaban kepada berbagai pihak.
c. Penentuan tindak lanjut hasil pengembangan.

Komentar

Postingan Populer